Hasil Sulung

Jikalau engkau hendak mempersembahkan korban sajian dari hulu hasil kepada TUHAN, haruslah engkau mempersembahkan bulir gandum yang dipanggang di atas api, emping gandum baru, sebagai korban sajian dari hulu hasil gandummu. Haruslah kaububuh minyak dan kautaruh kemenyan ke atasnya; itulah korban sajian. Haruslah imam membakar sebagai ingat-ingatannya, sebagian dari emping gandumnya dan minyaknya beserta seluruh kemenyannya sebagai korban api-apian bagi TUHAN.” – Imamat 2:14-16

Apa alasan persembahan syukur kita cenderung tidak keluar dari sikap hati yang meluap dengan hasrat dan syukur? Apa sebab dalam tindakan memberikan persembahan kebanyakan kita cenderung “kikir” kepada Tuhan dan “egois” dalam berbagi dengan sesama?

Jujur dengan diri saya sendiri, penyebab utamanya sering karena kekhawatiran bahwa jangan-jangan dengan memberi yang terbaik dan dengan berbagi saya malah nanti akan kekurangan. Kita lupa bahwa salah satu dampak yang tertampung dalam disiplin memberikan persembahan yang bernilai, layak, murni adalah kita mengembangkan habit memercayai Tuhan itu setia dan memercayakan diri penuh kepada-Nya.

Di samping persembahan sajian, YHWH mengatur tentang persembahan bulir-bulir gandum. Memariknya atau lebih tepat “menantangnya” di sini, YHWH memberi aturan bahwa persembahan gandum itu dari hasil hulu atau panen pertama. Apa artinya ini? Bagaimana bila ternyata panen berikutnya gagal? Bagaimana bila panen berikutnya tidak sebagus hasil panen pertama? Bagaimana bila panen berikutnya tidak sebanyak panen awal? Bagaimana bila? Bagaimana bila…? Bagaimana bila…?

Memang menjadi jelas bahwa memberikan persembahan sulung itu merupakan pembelajaran tentang 1) YHWH adalah sumber dari semua berkat dalam hidup ini, 2) YHWH patut diakui sebagai yang berhak menerima syukur pertama, terbaik dari semua berkat yang ia limpahkan kepada kita, 3) YHWH patut dipercayai akan berkelanjutan memelihara kita, dan 4) kita diberi kesempatan untuk mengembangkan habit percaya itu melalui memberikan persembahan sulung dari jerih payah kita dalam hidup ini.

Jadi dengan memberikan hasil hulu ini umat Tuhan belajar mendahulukan YHWH, memercayai kesetiaan-Nya, dan kita mengaktifkan pembelajaran untuk tidak bergantung kepada berkat tetapi kepada sang pemberi berkat.

DOA: Syukur bagi-Mu ya TUHAN, “yang tidak menyayangkan Anak(Tunggal)-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” Kiranya ini selalu menjadi pemotivasi kami dalam memberikan persembahan syukur. Amin.

 

Dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat | E-mail: simpulberkat@gmail.com |
Bank BCA – No. Rekening: 0953882377 – a.n. Philip H. S

Be the first to comment

Leave a Reply