HARTA ISTIMEWA ALLAH

Demikianlah kamu harus berpegang pada segala ketetapan-Ku dan segala peraturan-Ku serta melakukan semuanya itu, supaya jangan kamu dimuntahkan oleh negeri ke mana Aku membawa kamu untuk diam di sana. Janganlah kamu hidup menurut kebiasaan bangsa yang akan Kuhalau dari depanmu: karena semuanya itu telah dilakukan mereka, sehingga Aku muak melihat mereka. Tetapi kepadamu Aku telah berfirman: Kamulah yang akan menduduki tanah mereka dan Akulah yang akan memberikannya kepadamu menjadi milikmu, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya; Akulah TUHAN, Allahmu, yang memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain. Kamu harus membedakan binatang yang tidak haram dari yang haram, dan burung-burung yang haram dari yang tidak haram, supaya kamu jangan membuat dirimu jijik oleh binatang berkaki empat dan burung-burung dan oleh segala yang merayap di muka bumi, yang telah Kupisahkan supaya kamu haramkan. Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku. Apabila seorang laki-laki atau perempuan dirasuk arwah atau roh peramal, pastilah mereka dihukum mati, yakni mereka harus dilontari dengan batu dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.” – Imamat 20:22-27

 

Larangan dan peraturan Tuhan Allah itu menyukakan atau mendukakan? Membuat kita bertumbuh-kembang atau menjadi stagnan? Membebaskan atau memberatkan?

Hampir bisa dipastikan bahwa di antara orang yang tidak mengenal penyelamatan dan kasih dari Tuhan, pasti larangan dan aturan dari Tuhan dinilai tidak baik dan disikapi secara negatif. Kita hidup dalam zaman yang sangat menekankan hak azasi manusia, termasuk hak dan kebebasan untuk melakukan apa saja bahkan hal-hal yang pada akhirnya merusak diri sendiri, mencelakakan orang lain, bahkan menista kemanusiaan. Terhadap penilaian dan sikap tidak benar tersebut, kita harus memiliki beberapa prinsip seperti yang Tuhan nyatakan dalam perikop ini.

Pertama, umat Tuhan diminta agar berpegang pada ketetapan dan peraturan Tuhan serta melakukannya. Dengan cara demikian mereka akan terluput dari dampak buruk alam yang akan memuntahkan orang-orang yang hidupnya bertentangan dengan hukum-hukum Allah. Tersirat dalam ucapan Tuhan ini bahwa bumi atau alam berlangsung bukan hanya menurut hukum alami. Hukum-hukum alami dicipta oleh Tuhan dan diatur / ditopang oleh sang Pencipta. Maka entah karena hukum alami sedikit banyak berinteraksi juga dengan hukum moral, atau karena Tuhan juga mengendali segala sesuatu, maka pelanggaran terhadap hukum dan peraturan Tuhan bisa berakibat hal buruk alami terhadap lingkup kehidupan manusia.

Kedua, umat Tuhan Perjanjian Lama dipakai Tuhan untuk menghalau bangsa-bangsa yang tidak kenal Tuhan dan menjalani kehidupan yang tidak sesuai kehendak-Nya. Israel harus ingat bahwa mereka dipakai Tuhan sebagai alat “penghukuman” yaitu mengusir bangsa-bangsa pelaku dosa, dan alat “pembaruan” yaitu memperkenalkan pola hidup baru di tanah yang mereka taklukkan.

Ketiga, karena TUHAN Allah itu kudus adanya maka umat-Nya pun harus mencerminkan sifat dan perilaku yang serasi dengan sifat-sifat Allah. Semua peraturan dan ketetapan yang telah Tuhan Allah berikan kepada umat-Nya adalah ungkapan dari sifat kasih-benar-kudus Allah. Alasan terdalam dari semua pemberian hukum-hukum ini adalah karena TUHAN Allah berencana menjadikan Israel menjadi milik kesayangan-Nya, kepunyaan-Nya sendiri.

Dua peraturan yang kembali diulang TUHAN adalah tahu membedakan halal dan haram dari binatang yang mereka makan. Rupanya aturan halal-haram ini adalah untuk mendidik umat agar peka tentang kudus-najis, berkenan-kejijikan, benar-salah melalui pola makan. Dan, peringatan keras terhadap dosa menghubungi orang yang kerasukan arwah dan meramal adalah karena dosa tersebut langsung menentang kesejatian diri dan perbuatan Allah.

Jika kita tergoda oleh tarikan dunia yang menganjurkan hak untuk hidup semaunya, ingatlah bahwa kita sedang diproses Tuhan menjadi milik kesayangan-Nya.

DOA: Sesuai 2 Timotius 2:20-21: “Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.”

Be the first to comment

Leave a Reply