HARI RAYA PENDAMAIAN

TUHAN berfirman kepada Musa:

“Akan tetapi pada tanggal sepuluh bulan yang ketujuh itu ada hari Pendamaian; kamu harus mengadakan pertemuan kudus dan harus merendahkan diri dengan berpuasa dan mempersembahkan korban api-apian kepada TUHAN. Pada hari itu janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah hari Pendamaian untuk mengadakan pendamaian bagimu di hadapan TUHAN, Allahmu. Karena setiap orang yang pada hari itu tidak merendahkan diri dengan berpuasa, haruslah dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya. Setiap orang yang melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu, orang itu akan Kubinasakan dari tengah-tengah bangsanya. Janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-temurun di segala tempat kediamanmu. Itu harus menjadi suatu sabat, hari perhentian penuh bagimu, dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Mulai pada malam tanggal sembilan bulan itu, dari matahari terbenam sampai matahari terbenam, kamu harus merayakan sabatmu.” – Imamat 23:26-32

Sentralitas Hari Raya Pendamaian, pentingnya pendamaian dengan Allah itu sendiri, dinyatakan oleh Tuhan Allah melalui aturan ini. Tentang tanggal hari raya itu diadakan, berbagai korban yang dilaksanakan oleh imam, sudah kita bahas pada waktu meninjau pasal 16 yang lalu. Yang penting di sini adalah umat sendiri pun diminta untuk melakukan empat hal berikut: 1) mereka mengadakan pertemuan kudus, yaitu melakukan pertemuan untuk beribadah bersama, 2) dengan sikap merendahkan diri dengan berpuasa, sebab itulah Hari Allah menyatakan anugerah-Nya yang harus disambut dengan pertobatan yang sungguh, 3) mempersembahkan korban api-apian kepada TUHAN, sebagai ungkapan rededikasi sepenuh hidup untuk memuliakan TUHAN Allah, dan 4) pada hari Pendamaian itu umat tidak diizinkan untuk bekerja, sebab itulah hari untuk menikmati indahnya dan berharganya pendamaian dengan TUHAN serta wujud persekutuan dengan-Nya.

Di samping keempat permintaan tersebut TUHAN juga memberikan peringatan keras. Yaitu barangsiapa tidak ber-Sabat di Hari Pendamaian, artinya sama saja dengan tidak menghargai pentingnya karunia pendamaian dari Allah, orang itu harus dilenyapkan. Ini mirip dengan peringatan keras dalam Kitab Ibrani, “Kalau kita tidak menaruh perhatian terhadap keselamatan itu, kita tentu tidak akan terlepas dari hukuman. Sebab Tuhan sendirilah yang pertama-tama mengumumkan keselamatan itu, dan orang-orang yang mula-mula mendengarnya telah membuktikan kebenarannya kepada kita” (Ibrani 2:3). Jadi, bolehkah disimpulkan bahwa kesungguhan kita dalam memberi diri bagi Tuhan dan kehendak-Nya, terlibat dalam ibadah secara komunitas, pemberian perhatian untuk doa dan baca Alkitab, sedikit banyak mencerminkan kesejatian pengalaman keselamatan kita? Sebaliknya, dengan tidak bergairah mempersembahkan hidup bagi kepentjngan Tuhan, mengkhususkan diri dalam ibadah dan memberi waktu khusus untuk merawat spiritualitas kita, sama saja dengan menganggap sepele dan sia-sia anugerah penyelamatan dari Tuhan?!

DOA: Ya Tuhan Allah pokok keselamatan kami, sadarkan kami agar dalam sepanjang hidup, segala kegiatan kehidupan, dan pengisian waktu kami, sungguh kami mengungkapkan betapa berharganya keselamatan dari-Mu dalam Yesus Kristus. Kiranya oleh Roh-Mu berbagai disiplin penumbuhan keselamatan dan spiritualitas seperti ibadah bersama, jam doa dan baca Alkitab, dengar-dengaran pimpinan-Mu dalam kehidupan kmi, boleh kami tumbuh-kembangkan. Amin.

Be the first to comment

Leave a Reply