Hari Raya Pendamaian /Penebusan /Penyelamatan /Day of Atonement/ Yom Kippur

Sesudah kedua anak Harun mati, yang terjadi pada waktu mereka mendekat ke hadapan TUHAN, berfirmanlah TUHAN kepada Musa. Firman TUHAN kepadanya: “Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya ia jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir, ke depan tutup pendamaian yang di atas tabut supaya jangan ia mati; karena Aku menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian. – Imamat 16:1-2

Dari 365 hari sepanjang tahun, hari apakah yang terpenting untuk orang Kristen? Jawabnya jelas, Hari-hari ketika kita mengingat-ingat Kematian, Penguburan, dan Kebangkitan Yesus Kristus, yaitu Jumat Agung, Sabtu Teduh sampai Minggu Paskah. Mengapa? Karena Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus mengerjakan berbagai aspek penyelamatan – pengampunan, pembebasan dari kuasa dosa dan maut, pemercikan hati nurani, sumber bagi pembaruan hidup, pengudusan, dst. – yaitu seluruh dan semua misteri anugerah penyelamatan dalam rangka untuk menyelesaikan banyak masalah rumit akibat dosa manusia.

Untuk orang Yahudi hari terpenting setiap tahun adalah yang diatur di Imamat 16 ini (juga di Imamat 23:26-32), yang disebut sebagai Hari Pendamaian, Hari Penyelamatan, Day of Atonement, atau dalam bahasa Ibrani – Yom Kippur. Kata kaphar berarti menutupi, melumpuhkan, mendamaikan, bicara tentang bagaimana Tuhan mengatur persembahan korban-korban yang berfungsi untuk menutupi, menghapus, mengampuni dosa sampai umat dan Tuhan Allah boleh di-per-satu-kan (at-one-ment) atau diperdamaikan. Oleh karenanya Hari Raya Pendamaian orang Yahudi ini sesungguhnya merupakan Jumat Agungnya mereka, atau tepatnya Hari Raya Pendamaian adalah bayang-bayang dari apa yang Yesus Kristus kerjakan dalam Kematian-Penguburan-Kebangkitan-Nya menjadi jalan untuk rekonsilasi kita dengan Tuhan Allah. Mengingat kepentingan Hari Raya Pendamaian ini, maka tepatlah menganggap Imamat 16 ini sebagai pasal terpenting dalam Kitab Imamat, bahkan dalam seluruh Perjanjian Lama.

Mari kita telusuri dulu struktur pasal 16 ini:

1) Pengaturan perrsiapan Hari Raya Pendamaian (16:1-10): a) larangan untuk Harun dan imam masuk ruang kudus kapan saja dan secara sembarangan (ay. 1-2); b) apa yang harus Harun bawa dan pakai ketika memasuki ruang kudus (ay. 3-5); c) apa yang harus Imam lakukan pada Hari Raya Pendamaian (ay. 6-10).

2) Korban-korban di Hari Raya Pendamaian (16:11-19): a) lembu jantan untuk korban penghapus dosa imam sendiri (ay. 11-14); b) domba jantan untuk penghapus dosa umat dan pengudusan mezbah (ay. 15-19); c) kambing jantan penanggung dan pengangkut dosa umat dilepaskan (ay. 20-22).

3) Perampungan korban-korban pendamaian (16:23-28): a) melepas jubah linen dan mandi (ay. 23-24); b) apa yang harus dibuat para pembantu imam sesudah upacara itu selesai (ay. 25-28).

4) Yang harus dilakukan oleh umat (16:29-31): berpuasa, ber-Sabat, ditahirkan dari dosa-dosa mereka.

5) Yang harus dilakukan oleh imam (16:32-34): a) mengadakan pendamaian bagi tempat mahakudus (ay. 33); b) mengadakan pendamaian bagi imam dan bagi seluruh bangsa (ay. 33-34).

Kita masih ingat tentang Nadab dan Abihu yang lancang masuk ke ruang kudus dan membawa api yang bukan dari Tuhan (psl. 10)? Nah, kini dalam peraturan tentang Hari Raya Pendamaian, hal pertama yang Tuhan tegaskan untuk ditanamkan secara mendalam di hati Harun dan para imam ialah agar mereka tidak mengulang kesalahan Nadab dan Abihu, sembarangan masuk ke ruang kudus. Meski tutup tabut itu disebut takhta rahmat (seat of mercy) dan awan hadirat Tuhan berkenan menyelubunginya, tetapi tidak sembarang orang boleh masuk ke ruang kudus itu, dan juga tidak boleh kapan saja mereka mau masuk. Tuhan menetapkan hanya pada Hari Raya Pendamaian sekali dalam setahun, imam besar yang dipilih Tuhan yang diberikan kehormatan untuk masuk. Dalam Injil-injil dicatat bahwa seketika Yesus menyerahkan nyawa-Nya (Matius 27:50-51; Markus 15:37-38; Lukas 23:45), tirai yang memisahkan dan merintangi ruang lain dari ruang mahakudus do Bait Allah tercabik. Kitab Ibrani kemudian mengartikan bukan saja Yesus telah mempersembahkan korban sempurna sekali untuk selamanya (Ibrani pasal 6-10), Korban Kematian-Nya telah membuka jalan untuk kita boleh “menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yangjahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni (Ibrani 10:22).

Justru karena pengorbanan Yesus Kristus yang jauh melampaui semua korban dalam Perjanjian Lama – baik dari segi nilai, derita, dan dampak-Nya – justru berbagai syarat tentang pelaksanaan Hari Raya dalam Perjanjian Lama ini harus kita perhatikan dan terapkan spirit dan wujudnya dengan benar. Kita tidak boleh menganggap ringan keselamatan dalam Yesus Kristus, jangan sampai mengabaikan hadirat Allah dalam keseharian kita, dan terutama jangan kita bersikap sembrono, sembarangan, lancang dalam segala segi ibadah kita.

DOA: Bapa sumber pengampunan karena korban keselamatan oleh Yesus Kristus, ampuni kami apabila dalam ibadah sikap dan perilaku kami tidak dengan kasih dan hormat di hadapan-Mu. Amin.

Be the first to comment

Leave a Reply