Gemuk dan Ramping

Seluruh keturunan yang diperoleh Yakub berjumlah tujuh puluh jiwa. Tetapi Yusuf telah ada di Mesir. Kemudian matilah Yusuf, serta semua saudara-saudaranya dan semua orang yang seangkatan dengan dia. Orang-orang Israel beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi mereka.
Pharaoh Oppresses Israel. Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf. Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: “Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan–jika terjadi peperangan–jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini.” Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses. Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu. — Keluaran 1:5-12
Sekian ratus tahun bani Yakub tinggal di Gosyen dapat dibagi ke dalam dua periode dengan dua pelajaran untuk mereka dan jgua untuk umat Tuhan masa kini:
1. Periode pertumbuhan, kemakmuran, pelipatgandaan. Di Gosyen — berkat dari mereka diberi keleluasaan untuk bertumbuh-kembang sebagai ras tersendiri, juga lingkungan alam yang subur karena terletak di timur laut delta Nil. Tetapi, tentunya faktor pemeliharaan Tuhan yang berjanji kepada leluhur Israel, Abraham, bahwa keturunannya akan dibuat-Nya berlipat ganda banyaknya.
Pada periode kemakmuran seyogianya orang bersyukur kepada Tuhan, lebih dekat Dia, makin berusaha memelihara dan melakukan baik janji maupun perintah serta rencana-Nya. Apakah keturunan Yakub di Gpsyen menjadi lebih rindu Tanah Perjanjian? Apakah mata hati mereka mengarah ke sana? Nyatanya mungkin sebaliknya, seperti yang nanti kita lihat dari keluh kesah mereka ketika di padang gurun. Ketika kita bertumbuh-tambah dalam banyak segi — pekerjaan, penghasilan, proyek, pengetahuan, kedudukan, dlsb. — apakah kita makin ingat bahwa rumah dan kewargaan kita bukan dunia ini tetapi langit-bumi surgawi nanti? Apakah puji syukur kita, semangat berbagi kita dengan sesama, kepekaan missioner dalam keseharian, waktu untuk bercengkerama dengan Tuhan, firman-Nya dan doa, makin berarti? Ketika gereja kita menjadi makin mapan, jumlah hadir, acara, program, tata liturgis, gedung, dlsb. makin mapan-megah-mewah, apakah kita makin menjadi agen kedatangan Kerajaan?
2. Periode kesukaran. Dalam kedaulatan dan penyelenggaraan Allah yang penuh hikmat, bangkitlah Firaun lain yang mungkin tidak segaris silsilah dengan Firaun yang di zaman Yusuf, yang dengan kebijakannya yang bodoh menerapkan kesukaran atas keturunan Yakub.
Sebagaimana kemakmuran sejalan dengan kegemukan, kelambanan, kemandekan, maka kebalikannya kesukaran justru menjadi semacam disiplin, “exercise” untuk membuat mereka sadar Tuhan, sadar janji-Nya, mencari Tuhan, menjadi lebih cekatan bagi masa depan surgawi ketimbang pada masa lalu dan masa kini yang menyebabkan disorientasi panggilan hidup. Maka, latihan seperti puasa, mengurangi makan mewah berlimpah zat berbahaya bagi kesehatan jasmani-rohani perlu dengan sengaja kita lakukan agar jasmani-rohani kita lebih ramping, cekatan dan mampu untuk berlomba dalam sprint maupun marathon jiwani-rohani. Juga, patut kita sambut dengan syukur apabila dalam musim-musim kehidupan pribadi, keluarga, gereja, Kekristenan di negara ini Tuhan mengizinkan proses penyiangan, pelangsingan, perampingan demi menarik kita lebih dekat Dia, lebih bergiat di pusat rencana Kerajaan-Nya.
Baik atau tidak baik kondisi kehidupan pribadi, keluarga, gereja kita, berlatihlah untuk terus bersyukur, memegang janji dan rencana-Nya, peduli-berbagi, dan tinggal dalam kasih-Nya. Amin.
Mari memberkati sesama melalui pelayanan literasi Yay. Simpul Berkat. Kirim dukungan Anda ke: BCA 0953882377

Be the first to comment

Leave a Reply