Duduk

Foto: Tribunsews.com

Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. – Kolose 3:1

Cukup lama saya telah mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli, yaitu pernyataan dan formula purba tentang iman Kristen, baik dalam gereja, juga dalam devosi pribadi saya. Namun demikian, ada satu frasa yang sekian lama tidak sungguh saya mengerti:

[Yesus] disalibkan, mati dan dikuburkan;

turun ke dalam kerajaan maut;

pada hari yang ketiga bangkit kembali

dari antara orang mati; naik ke surga,

duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang mahakuasa;

dan dari sana Ia akan datang kembali untuk

menghakimi orang yang hidup dan yang mati.

Apakah artinya Yesus duduk di sebelah kanan Allah? Mengapa ini penting? Barangkali telah ratusan kali saya mendengar khotbah tentang kehidupan dan kematian Yesus, tetapi tidak satu pun yang bicara langsung tentang pokok ini.

Kemudian hari saya belajar bahwa dalam Alkitab “duduk” adalah lambang bagi sudah selesainya tugas: orang duduk bila pekerjaan telah selesai. Jadi jelas Yesus harus telah menyelesaikan pekerjaan-Nya sebelum Ia duduk. Ibrani 1:3 menjelaskan:

Setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi.

Yang telah Yesus selesaikan adalah karya memperdamaikan dunia dengan Allah. Yang telah Ia capai adalah pengampunan atas dosa-dosa semua manusia, untuk segala waktu, dulu, kini dan kelak. Karya Yesus di salib begitu sempurna, begitu lengkap, sehingga Ia tidak perlu melakukannya ulang. Yesus telah bangkit dari kematian, mengalahkan maut dan membagi kehidupan-Nya dengan kita: kita turut dibangkitkan bersama Kristus.

Karya yang Yesus lakukan — sejak dari menjelma jadi manusia, dan menghidupi kehidupan sempurna yang tidak bisa kita hidupi, sampai mempersembahkan diri-Nya dengan sukarela di salib, lalu kebangkitan — adalah penyelesaian sempurna karya Tritunggal untuk membawa dunia ke dalam kehidupan akrab dengan Bapa, Putra dan Roh Kudus. Dengan kata lain — Ia telah menyelesaikan pekerjaan itu! Kini Ia dapat duduk. Ia tidak perlu melakukan itu kembali. Sebagaimana perkataan-Nya dari atas salib, “Sudah genap.” Ini benar-benar kabar baik bagi kita. Tetapi masih ada lagi alasan lain mengapa Ia duduk.

Imam Besar Yang Berdoa

Yesus telah menyelesaikan karya pendamaian dengan sempurna, tetapi itu tidak berarti Ia naik ke surga untuk beristirahat panjang. Salah satu bagian terindah dari teologi kenaikan adalah Yesus kini berdoa untuk kita. Yesus adalah Imam Besar kita yang bersyafaat untuk kita. Sesudah berdamai dengan kita melalui kematian-Nya, kini Yesus bekerja untuk penyembuhan kita melalui doa-Nya: “Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela (Pensyafaat) bagi kita?” (Roma 8:33-34).

Apa artinya ini untuk Anda dan saya? Ini berarti tidak saja kita sungguh telah diampuni selamanya, tetapi Yesus juga selamanya mendoakan kita. Dan Ia mendoakan apa? Ia berdoa agar Anda dan saya sepenuhnya menjadi manusia baru, manusia yang dapat Ia diami.

Ketika Paulus menganjurkan orang Kristen di Kolose untuk “mencari perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah,” ia menganjurkan mereka untuk merenungkan keajaiban Yesus, sang Domba Allah yang mengangkut dosa-dosa dunia (Yohanes 1:29), dan semarak keagungan Yesus, sang Imam Besar yang kini berdoa untuk kita. Demikianlah cara Allah “memperbarui segala sesuatu.” Tritunggal mulia (Bapa, Putra dan Roh) ada dalam misi mengubah setiap kita. Itu tidak terjadi oleh apa pun yang kita lakukan dari diri sendiri. Yesus melakukan semuanya. Dan Yesus membuat semuanya itu – dengan melanjutkannya dalam doa bagi setiap kita. Tetapi kita memang berperan serta dalam transformasi ini. Kita mengarahkan akal budi kita kepada kebenaran ini: kita diampuni, dan Yesus berdoa bagi kita. Dan bila Yesus berdoa, terjadilah banyak perkara. Ia tidak akan berhenti sampai Ia menjadikan kita semua manusia baru.

Menghidupi Kebenaran Ini

Hari ini, atau minggu ini, ambil waktu untuk merenungkan dua kebenaran yang dijelaskan dalam pasal ini: Yesus membayar semuanya, dan Yesus kini mendoakan Anda. Anda seperti juga saya mungkin mendapatkan bahwa ini akan memengaruhi cara kita berdoa. Merenungkan kebenaran yang pertama membuat saya mengubah pengakuan dosa saya dari berusaha mengingat-ingat semua dosa saya dan mendaftarkannya di hadapan Allah sambil berharap semuanya akan dihapuskan. Semua dosa telah dihapuskan-Nya. Pengakuan saya kini membicarakan dosa-dosa saya dengan Allah. Saya merenungkan tindakan terkini saya, memohon Allah menolong saya melihat di mana saya telah berdosa. Kerap pikiran, perkataan atau perbuatan teringat di akal, dan kemudian Allah dan saya berdialog tentang itu. Kami membicarakan tentang mengapa saya merasa tertarik pada dosa seperti itu dan tentang bagaimana dalam terang anugerah, kebenaran dan kuasa-Nya, saya dapat berkelakuan yang berbeda kemudian hari. Pergantian ini sangat memerdekakan dan menyembuhkan, dalam kehidupan saya bersama Allah.

Memerhatikan kebenaran kedua (Yesus berdoa untuk saya) juga mengubah cara saya berdoa. Kini saya berdoa bersama Yesus, bukan sekadar kepada Yesus. Yesus bersyafaat untuk saya (dan Anda) sehingga saya membawa doa saya untuk keluarga, sahabat dan diri saya bersama Yesus, kepada Bapa surgawi kita. Ini mengubah isi dan dinamika doa. Mengetahui bahwa Yesus berdoa bersama saya mengizinkan saya menanyai Dia apa yang harus kita doakan. Seperti para murid-Nya pertama, kita berkata kepada Yesus, “Ajarlah kami berdoa.” Dan dengan mengetahui bahwa saya berdoa bersama Yesus memberi saya keberanian yang besar. Bersama, kita membuat segala perkara menjadi baru.

Penegasan

Yesus sudah membayar semuanya, dan kini Ia berdoa bagi semua. Ini satu lagi alasan tidak ada apa pun dapat memisahkan saya dari kasih Allah dalam Kristus Yesus.

Doa

Yesus yang terkasih, terima kasih Engkau mengambil dan membuang semua dosa saya, bahkan dosa saya ini, kini dan selamanya. Karya-Mu tersebut telah selesai, dan kini saya hidup dalam damai karena kesempurnaan salib. Terima kasih. Dan, terima kasih Engkau berdoa bagi saya. Tolong saya mengetahui bahwa ketika saya berdoa, saya tidak berdoa sendirian. Amin.

Renungan

Apa akibat dari Yesus berdoa untuk Anda? Bagaimana pengaruhnya pada perasaan Anda?

(James Bryan Smith, Tersembunyi dalam Kristus, psl. 3)

Be the first to comment

Leave a Reply