Daniel 7:15-18

Maka aku, Daniel, terharu karena hal itu, dan penglihatan-penglihatan yang kulihat itu menggelisahkan aku. Lalu kudekati salah seorang dari mereka yang berdiri di sana dan kuminta penjelasan tentang semuanya itu. Maka berkatalah ia kepadaku dan diberitahukannyalah kepadaku maknanya: Binatang-binatang besar yang empat ekor itu ialah empat raja yang akan muncul dari dalam bumi; sesudah itu orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi akan menerima pemerintahan, dan mereka akan memegang pemerintahan itu sampai selama-lamanya, bahkan kekal selama-lamanya.

Seperti halnya Nebukadnezar dan kemudian juga Belsyazar, mengalami kegelisahan yang sangat sesudah menerima penglihatan yang membawa pesan Tuhan Allah tentang diri mereka dan sejarah di depan mereka, kini Daniel pun mengalami suasana hati yang lebih dari sama. Daniel “terharu” dan penglihatan-penglihatan itu “menggelisahkan” dia. Tentang Nebukadnezar hanya disebutkan bahwa ia menjadi gelisah (pasal 2 dan 4), tentang Belsyazar dikatakan bahwa ia menjadi pucat, gelisah dan lemas. Tetapi kini Daniel menceritakan kepada kita bahwa ia menjadi terharu dan gelisah. Terjemahan lain menyebut ia menjadi “distressed and alarmed” (LITV), “distressed in my spirit in its body… and my head troubled me” (MKJV), “my spirit within me was anxious, and the visions in my head alarmed me” (ESV), dan “my spirit was grieved within my body, and the visions of my head troubled me: (WEB). Intinya penglihatan-penglihatan Daniel itu membawa dampak negatif – tertekan / sedih, cemas, terkejut, gelisah — ke tubuh, jiwa dan rohnya.

Mengapa sampai demikian? Di sini kita perlu menempatkan diri di posisi Daniel. Ia telah sangat lama berada di pembuangan – sekitar 60an tahun. Ia tentu tiap hari bersyafaat dengan penuh harap agar hukuman Tuhan atas bangsanya itu akan berakhir dan mereka segera dapat dipulihkan. Kembali beribadah dengan bebas, kembali punya tanah dan rumah milik sendiri sebagai bukti kasih karunia Tuhan yang telah memilih dan memanggil mereka menjadi umat, kembali memiliki sebutan sebagai umat Allah yang merdeka. Tetapi penglihatan-penglihatan yang dilihatnya ternyata menyatakan bahwa sesudah binatang buas yang satu — singa bersayap elang yang sayapnya tercabut dan berdiri seperti kaki-kaki manusia – masih disusul lagi oleh rangkaian binatang-binatang buas lainnya. Di pasal 9 ia berbagi tentang bagaimana sampai ia meneliti kitab Yeremia tentang batas pembuangan dan saat pemulihan mereka. Penglihatan-penglihatan yang ia terima itu membuat dia menjadi jelas bahwa hajaran, disiplin dan pemurnian Tuhan Allah atas Yehuda belum akan berakhir segera. Dan itu yang membuat hatinya – roh-jiwa-tubuhnya – gelisah, cemas, bahkan tertekan hampir putus asa.

Namun yang makin membuatnya gelisah, tertekan dan cemas bukan hanya itu. Dalam dua kali pertanyaannya kepada malaikat untuk menjelaskan arti penglihatannya, yang sesungguhnya dan benar-benar makin membuat ia tertekan dan cemas adalah penglihatan tentang monster menakutkan, buas dan jahat itu. Rupanya, sebagai orang yang berposisi di lingkar satu baik Nebukadnezar dan seterusnya, Daniel pasti juga mengikuti dan memiliki pengetahuan tentang apa saja yang terjadi di panggung kerajaan-kerajaan dunia era sepanjang 50 – 60 tahun itu. Ia tentu tahu bahwa seiring peringatan Tuhan atas Nebukadnezar dan kemerosotan jiwa Nebukadnezar, Babilonia mulai pudar. Ia tentu sadar bahwa singa bersayap elang dan sayapnya dicabut dan diberi hati manusia itu adalah Babilonia dan pengalaman Nebukadnezar di pasal 4. Ia pasti juga sadar bahwa yang dilukiskan sebagai beruang lahap dengan posisi berdiri miring adalah Media yang didominasi Persia, dan meski masih pra-sejarah dekat baginya namun gejala kebesaran Media-Persia sudah ia rasakan dan bahwa selain tiga kerajaan Babilonia, Lidia dan Mesir masih akan lebih luas lagi yang sedang akan dilahap oleh beruang yang melambangkan Media-Persia itu. Sedangkan binatang ketiga yang melambangkan Yunani dengan ekspansi kilat dan luar biasa luas yang dilakukan oleh Alexander / Iskandar yang Agung yang akan secepat kilat (dilambangkan dengan empat sayap) menaklukkan ke mana-mana tetapi kemudian mati muda, dan kerajaannya terpecah menjadi empat (empat kepala) di bawah kendali empat jenderalnya (empat kepala: Casander – Mesopotamia; Lysimachus – Thrace dan Bythinia, Seleucus – Syria dan wilayah timur; dan Ptolemy Soter – Mesir ), meski juga masih lebih jauh lagi di depan dia, tidak begitu menggelisahkan hatinya. Yang sangat menggelisahkannya adalah prospek binatang buas terakhir yang akan merajalela atas dunia dan menyesah-menindas termasuk juga umat Tuhan yaitu monster itu, sebagaimana paparnya sendiri: “yang menakutkan dan mendahsyatkan, dan ia sangat kuat. Ia bergigi besar dari besi; ia melahap dan meremukkan, dan sisanya diinjak-injaknya dengan kakinya; ia berbeda dengan segala binatang yang terdahulu; lagipula ia bertanduk sepuluh. Sementara aku memperhatikan tanduk-tanduk itu, tampak tumbuh di antaranya suatu tanduk lain yang kecil, sehingga tiga dari tanduk-tanduk yang dahulu itu tercabut; dan pada tanduk itu tampak ada mata seperti mata manusia dan mulut yang menyombong” (7:7).

Maka yang ia tanyakan bukan tentang tiga binatang buas pertama melainkan monster yang muncul terakhir dalam penglihatannya itu. Ini yang bersama dengan pergumulan umat Tuhan di pembuangan seperti yang kita baca dalam mazmur-mazmur ratapan dengan ungkapan pedih “berapa lama lagi Tuhan” mengizinkan umat-Nya ditindas bangsa-bangsa keji, inilah yang menggelisahkan dan menekan berat tubuh-jiwa-roh Daniel.

Pelajaran untuk masa kini:

1) Orang percaya, terlebih hamba Tuhan hendaknya memiliki hati – tubuh-jiwa/roh – yang peka seperti Daniel tentang kejadian-kejadian di dunia kini. Ada benarnya nasihat agar sewaktu doa kita berhadapan dengan surat kabar dan Alkitab – maksudnya supaya kita mengizinkan bukan saja Allah bicara melalui Alkitab ke kondisi pribadi kita tetapi juga membentangkan ke hadapan kita beban-beban doa untuk dunia ini.

2) Disebutkannya tubuh dan jiwa / roh sebagai dua segi kemanusiaan yang berbeda namun terhubung tak terpisahkan saling terlibat dan berdampak satu kepada lainnya menyadarkan kita agar merawat kerohanian yang utuh dan memelihara kedua unsur kemanusiaan kita agar menjadi instrumen yang beresonansi dengan baik dan serasi dengan berbagai penyataan dan karya Tuhan Allah. Bagaimanakah supaya mata-telinga-mulut kita melihat-mendengar-mengucap hal-hal yang dari Tuhan dan menjadi alat-alat kerajaan-Nya?

3) Apakah kita memiliki kegelisahan dan ketertekanan sebagai bagian pertumbuhan spiritualitas dan pelayanan yang benar? Atau kita hanya mementingkan sisi kenyamanan dan keamanan dalam pertumbuhan spiritualitas pribadi dan dalam komunitas?

4) Daniel diberi Tuhan kemampuan menafsirkan mimpi dan penglihatan Nebukadnezar dan Belsyazar, tetapi kini ia terbentur dengan penglihatan yang tidak dapat ia mengerti. Karena itu ia bertanya kepada utusan Allah untuk menjelaskan arti penglihatan yang tidak ia mengerti itu. Untuk kita kini, bagaimana supaya kita mengerti apa yang Tuhan nyatakan dalam sejarah umum dan dalam penyataan khusus dalam Alkitab? Siapa dapat kita jadikan rujukan untuk kita mengerti kedua penyataan Allah itu andai kita tidak mengerti?

5) Apakah kita peduli tentang banyak gereja yang terhimpit kemiskinan dan marginalisasi di banyak daerah di Indonesia? Apakah kita berdoa dan berusaha untuk membawa penguatan dan penghiburan Tuhan bagi mereka? Begitu juga bagaimana kepedulian kita tentang banyak gereja di berbagai penjuru dunia yang mengalami aniaya dalam beragam bentuk – di Tiongkok, India, Timur Tengah, Nepal, negara-negara Barat, dll?

Dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat | E-mail: simpulberkat@gamil.com |
Bank BCA – No. Rekening: 0953882377 – a.n. Philip H. S

Be the first to comment

Leave a Reply