Kemudian aku, Daniel, melihat, maka tampaklah berdiri dua orang lain, seorang di tepi sungai sebelah sini dan yang lain di tepi sungai yang sebelah sana. Dan yang seorang bertanya kepada yang berpakaian kain lenan, yang ada di sebelah atas air sungai itu: “Bilakah hal-hal yang ajaib ini akan berakhir?” Lalu kudengar orang yang berpakaian kain lenan, yang ada di sebelah atas air sungai itu bersumpah demi Dia yang hidup kekal, sambil mengangkat tangan kanan dan tangan kirinya ke langit: “Satu masa dan dua masa dan setengah masa; dan setelah berakhir kuasa perusak bangsa yang kudus itu, maka segala hal ini akan digenapi!” Adapun aku, memang kudengar hal itu, tetapi tidak memahaminya, lalu kutanya: “Tuanku, apakah akhir segala hal ini?” Tetapi ia menjawab: “Pergilah, Daniel, sebab firman ini akan tinggal tersembunyi dan termeterai sampai akhir zaman. Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji, tetapi orang-orang fasik akan berlaku fasik; tidak seorangpun dari orang fasik itu akan memahaminya, tetapi orang-orang bijaksana akan memahaminya. Sejak dihentikan korban sehari-hari dan ditegakkan dewa-dewa kekejian yang membinasakan itu ada seribu dua ratus dan sembilan puluh hari. Berbahagialah orang yang tetap menanti-nanti dan mencapai seribu tiga ratus tiga puluh lima hari. Tetapi engkau, pergilah sampai tiba akhir zaman, dan engkau akan beristirahat, dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman.”
Sementara menerima penjelasan akhir dari penglihatannya Daniel melihat kelanjutan dari penglihatan itu yang menjadi kesimpulan bagi penglihatan keempat yang ia dapat, bahkan yang menyimpulkan seluruh isi kitab Daniel. Yaitu penegasan tentang kedaulatan Tuhan atas sejarah dan pemeliharaan-Nya atas umat yang setia, serta penguatan agar umat Tuhan setia dan bijak hidup di era waktu dengan perspektif ke destini kekal para bijak yang bagaikan cahaya dan bintang yang mulia.
Daniel melihat tiga sosok. Dua sosok pertama adalah yang berdiri di masing-masing tepi sungai Tigris. Dari paparan sebelum ini bisa disimpulkan bahwa yang satu adalah malaikat Gabriel yang datang kepada Daniel membawa jawaban dan penjelasan dari Tuhan. Yang satu lagi adalah Mikhael yang telah menolong Gabriel dari hambatan pangeran Persia dan yang disebut Gabriel sebagai pemimpin besar umat Israel. Lalu siapakah sosok satunya lagi yang disebut sebagai “berpakaian kain lenan” dan yang berdiri di atas sungai Tigris (terjemahan Inggris, ESV: above the waters of the stream, LITV / MKJV: on the waters of the river, WEB: above the waters of the river, CEV: standing upstreams from them)? Siapakah sosok tersebut yang kepadanya malaikat bertanya: “Bilakah hal-hal ajaib itu akan berakhir?”
Kita memiliki beberapa petunjuk untuk menjawab pertanyaan ini. Pertama, di Daniel 10:5, sebelum ini ia telah melihat sosok yang berpakaian lenan dan berikat pinggang emas dari Ufas, tubuh seperti permata Tarsis dan wajah bagaikan cahaya kilat, mata seperti suluh yang menyala-nyala, lengan dan kaki seperti kilau tembaga yang digilap, dan suara seperti gaduh orang banyak. Lalu petunjuk dari Kejadian 1, Mazmur 29:3, 10, 79:17, 93:4, yang menegaskan kekuasaan Allah atas “air” kacau-balau dunia dan semesta. Maka dapat kita simpulkan bahwa yang kepada-Nya malaikat bertanya itu adalah sosok ilahi atau jelasnya pra-inkarnasi Yesus Kristus sendiri. Dengan sympah atas diri-Nya sendiri ialah
Pertanyaan Gabriel kurang lebih menyuarakan pertanyaan Daniel juga: kapankah semua kesesakan umat Tuhan itu akan diakhiri. Jawaban sosok itu mulai dengan gestur: mengangkat tangan kanan, lalu mengangkat juga tangan kiri, didahului dengan bersumpah demi Dia yang hidup. Gestur orang mengangkat sumpah adalah dengan mengangkat tangan kanan. Gestur mengangkat kedua tangan adalah yang dinyatakan di kitab Ibrani: “Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri” (Ibrani 6:13, 16, 17, 20). Jawaban-Nya atas sumpah itu adalah satu masa, masa-masa (dua masa), dan setengah masa. Seperti telah kita bahas di bagian yang bicara mengenai masa-masa ini, ungkapan ini adalah suatu penjelasan yang sengaja dibuat tidak jelas. Ini kemudian disusul lagi dengan pernyataan yang kurang lebih sama ketika Daniel mengulang pertanyaan yang sama: “Tuanku, apakah akhir segala hal ini?” Jawab-Nya adalah 1,290 hari sejak dihentikannya korban-korban dan ditegakkannya dewa-dewa kekejian,” tetapi lanjut dengan “berbahagialah orang yang tetap menanti-nanti dan mencapai 1,335 hari.” Bila kita bagi dengan kalender matahari 365 hari per tahun, maka pernyataan pertama sedikit melebihi 3,5 tahun. Sedangkan 1,335 hari adalah satu setengah bulan lebih lama dari 3,5 tahun (1,290 hari). Bingung? Saya berpikir seperti berikut ini:
Pertama, sesuai dengan yang diulang-ulang dan ditegaskan beberapa kali di pasal ini, memang secara sengaja Tuhan Allah tidak menjelaskan detail waktu berlangsungnya kesesakan sampai terjadi kelegaan dari-Nya. Itu sebab ia memberikan penjelasan semacam teka-teki, penjelasan yang sebagian jelas sebagian tidak jelas.
Kedua, inti dari bilangan-bilangan itu dalam pemikiran saya adalah sebagai berikut. Kesesakan itu akan berlangsung dalam tiga sifat baik ditinjau dari beratnya maupun dari lamanya, yaitu: satu periode, periode berikut dua kali lebih berat / lama, dan periode terakhir setengah dari yang awal, yaitu diringankan dan dipersingkat. Itu yang Tuhan Yesus katakan di Matius: “Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat.” (Matius 24:21-22 – cetak miring oleh saya). Dengan kata lain, dalam kedaulatan dan kemurahhatian Tuhan Allah, lama waktu dan berat kesesakan yang akan diizinkan-Nya berlaku atas umat untuk memurnikan dan menyiapkan mereka / kita bagi destini mulia-bahagia kekal itu akan dipersingkat. Lalu bagaimana dengan bilangan 1,335 hari yang justru lebih lama dari yang 1,290 hari? Lagi-lagi ini adalah penjelasan yang disengaja tidak jelas. Tetapi intinya adalah untuk orang bijak yaitu umat setia Tuhan Allah ada kesediaan untuk menanggung konsekuensi iman-harap-kasihnya kepada Tuhan bahkan meski kesesakan itu lebih lama daripada yang diharapkannya. Jadi di pihak umat ada kerelaan untuk menanggung lebih lama, di pihak Tuhan ada belas kasihan untuk membatasi dan mempersingkat kesesakan umat-Nya.
Yang jelas yang Tuhan Allah minta dari Daniel dan dari semua kita adalah, bukan menghitung-hitung, mengira-ngira, berspekulasi tetapi menerima kenyataan bahwa hal itu “tersembunyi dan dimeteraikan” dan tugas yang harus ia / kita lakukan adalah teruskan kegiatan keseharian dalam iman-harap-kasih – yaitu “pergilah sampai tiba akhir zaman, dan engkau akan beristirahat, dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman.” Sampai di bagian akhir ini kita sebenarnya kembali ke awal kitab Daniel. Di awal Daniel dkk. Bertekad menjaga komitmen dan kekudusannya dan karenanya mereka berhasil menjadi orang bijak yang diakui bahkan oleh kalangan yang tidak memercayai YHWH. Di akhir kitab ini kita bertemu dengan ajakan untuk menjadi para bijak yang melalui lautan dunia yang gonjang-ganjing dan kacau-balau penuh kejahatan, tekanan, godaan dan ancaman diminta untuk terus menerus memfokuskan kehidupan ke destini kekal agar menjadi para bijak di istana Tuhan Allah kekal kelak. Maranatha – datanglah segera Tuhan, bersungguhlah kita berfokus ke Yesus Kristus, destini iman-harap-kasih kita. Amin. Berjuanglah untuk tetap berfokus pada destini kekal mulia kelak agar di era waktu kekinian ini kita bijak.
Pelajaran untuk masa kini:
1) Allah tidak saja berdaulat tetapi juga penuh rahmat dan kasih serta mahabijak. Ini harus menjadi fondasi kokoh dalam setiap pertimbangan kita baik dalam masa suka atau susah, mudah atau berat untuk percaya, menimbang, bersikap, berharap dan berperilaku yang mengikuti firman-firman-Nya.
2) Marilah kita berupaya untuk menjadi orang bijak. Dalam perspektif Amsal bijak adalah hasil dari takut akan Allah. Dalam perspektif Daniel, bijak adalah hasil dari mengakui kedaulatan Tuhan Allah, berkomitmen untuk setia dan menjaga kekudusan, berfokus pada kekekalan.
3) Dalam kalangan Kristen dari masa ke masa ada banyak bermunculan orang yang ingin “berpengetahuan” menafsirkan hal-hal yang jelas-jelas untuk disimpan dan dimeteraikan sampai Ia nanti membukakannya. Kiranya sesudah mempelajari Daniel sejauh ini kita mengubah sikap. Tidak lagi berspekulas dan meramal. Menghormati apa yang merupakan teritorial pengaturan Tuhan Allah, itulah pilihan bijak kita dari waktu ke waktu.
Dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat | E-mail: simpulberkat@gmail.com |
Bank BCA – No. Rekening: 0953882377 – a.n. Philip H. S
Leave a Reply
Anda harus masuk log untuk mengirim sebuah komentar.