Daniel 10:16-21:

Tetapi sesuatu yang menyerupai manusia menyentuh bibirku; lalu kubuka mulutku dan mulai berbicara, kataku kepada yang berdiri di depanku itu: “Tuanku, oleh sebab penglihatan itu aku ditimpa kesakitan, dan tidak ada lagi kekuatan padaku. Masakan aku, hamba tuanku ini dapat berbicara dengan tuanku! Bukankah tidak ada lagi kekuatan padaku dan tidak ada lagi nafas padaku?” Lalu dia yang rupanya seperti manusia itu menyentuh aku pula dan memberikan aku kekuatan, dan berkata: “Hai engkau yang dikasihi, janganlah takut, sejahteralah engkau, jadilah kuat, ya, jadilah kuat!” Sementara ia berbicara dengan aku, aku merasa kuat lagi dan berkata: “Berbicaralah kiranya tuanku, sebab engkau telah memberikan aku kekuatan.” Lalu katanya: “Tahukah engkau, mengapa aku datang kepadamu? Sebentar lagi aku kembali untuk berperang dengan pemimpin orang Persia, dan sesudah aku selesai dengan dia, maka pemimpin orang Yunani akan datang. Namun demikian, aku akan memberitahukan kepadamu apa yang tercantum dalam Kitab Kebenaran. Tidak ada satupun yang berdiri di pihakku dengan tetap hati melawan mereka, kecuali Mikhael, pemimpinmu itu,

Di samping penting menerima pengertian tentang kedaulatan Tuhan dan menatap arus zaman dalam pengharapan dan kekuatan, hal paling mendesak yang dibutuhkan Daniel saat itu adalah mendengar berita ilahi agar ia jangan takut dan mengalami pemulihan kekuatan jasmani-jiwaninya. Kita tidak dapat memastikan apakah ketakutan Daniel itu merupakan gabungan antara kecemasan atau kesedihan bahwa umatnya masih akan mengalami penindasan dan penganiayaan berkepanjangan dengan kegentaran dahsyat yang ia alami karena menerima lawatan prainkarnasi Yang Seperti Anak Manusia, melihat dan mendengar Dia? Bahkan sesudah menerima ucapan Gabriel agar ia tidak takut dan bangkit berdiri, ia masih butuh firman penguatan ilahi agar “jangan takut” sekali lagi. Dan supaya takut itu benar-benar hilang Daniel masih membutuhkan lagi sentuhan dari Ia yang membuat dia takut di awalnya, yaitu Yang seperti Manusia menyentuh dia, memberi kekuatan, mengucapkan firman “hai yang dikasihi, jangan takut, sejahteralah engkau, jadilah kuat, ya jadilah kuat.”

Bahwa Sosok ini bukan Gabriel melainkan prainkarnasi Yesus tersirat dari sebutan Daniel untuk-Nya: “tuanku” dan membahasakan diri “hamba.” Juga bahwa Sosok itu selain menyentuh, memberi tenaga penguat, memerintah Daniel untuk tidak takut, juga memberi “damai sejahtera” kepada Daniel. Luar biasa kaya dan limpahnya kuat-kuasa Allah dan cara serta wujud tindakan-Nya dalam memulihkan orang yang setia kepada-Nya. Ia menyediakan bukan saja sentuhan malaikat, firman melalui malaikat, Ia sendiri di dalam dan melalui prainkarnasi Yesus menyediakan penguatan kata, sentuhan, energi dan damai sejahtera. Namun butuh respons manusiawi membuka diri bagi multi aspek layanan pemulihan ilahi itu untuk manusia seperti Daniel yang sudah sedemikian matang rohaninya sampai mengalami pemulihan pasca pengalaman spiritual yang dahsyat. Bagaimana pula dengan kita, ‘kan?

Sekali lagi di sini kita bertemu dengan masalah teologis: jika Sosok Ilahi itu adalah Yesus prainkarnasi mengapa Ia membutuhkan bantuan Mikhael? Ada beberapa kemungkinan jawabannya. Pertama, mungkinkah yang dialami Daniel ini adalah peristiwa lintas atau transwaktu sehingga ia melihat apa yang nantinya akan terjadi dalam pengalaman Yesus Kristus ketika di dunia dalam inkarnasi-Nya? Ketika saat Ia dicobai berulang kali oleh iblis, diserang melalui berbagai macam cara dan melibatkan banyak pribadi manusia, dan di puncaknya terjadi konflik semesta menjelang Ia “naik” ke salib di Golgota? Entahlah – mungkin ya, mungkin juga tidak. Kedua, ini secercah penyingkapan tidak lengkap tentang apa yang sebenarnya-seluasnya-sepenuhnya terjadi dalam konflik dan perang semesta. Sebagaimana hanya sedikit yang kita ketahui tentang malaikat, juga tentang malaikat gelap yaitu iblis dan para roh jahat, maka kini kita berhadapan dengan misteri tentang realitas transnatural / supernatural. Maka, dengan banyak ketidaktahuan dan sedikit pengetahuan tentang hal-hal supernatural kita bisa menerima bahwa Sosok Itu adalah Yesus prainkarnasi. Sebab Ia mengatakan bahwa tidak ada pihak lain selain Mikhael yang menguatkan diri untuk mendukung kepentingan Tuhan Allah dalam umat-Nya, Israel. Terjemahan harfiah LITV: “no one makes himself strong with me in these things except Michael your ruler.” Jadi Mikhael diungkapkan sebagai pemimpin yang dengan kuat dan gigih berpihak pada Sosok Ilahi itu untuk mendukung kepentingan Tuhan Allah dalam umat Israel. Dengan kata lain keikutsertaan Mikhael dalam perang semesta itu bukan karena prainkarnasi Yesus membutuhkan bantuannya melainkan penegasan bahwa Mikhael ada di pihak yang setia dan teguh dalam kelompok yang setia kepada Allah.

Di akhir pasal ini Sosok tersebut bicara tentang Kitab Kebenaran. Ada empat kali Daniel mencatat tentang kitab – 1) kitab yang berkaitan dengan pengadilan akhir, yaitu catatan tentang kehidupan semua manusia (7:10), 2) kitab kumpulan jumlah tahun, yaitu catatan menyangkut sejarah dunia (9:2), 3) kitab Taurat Musa, yaitu wahyu yang Tuhan Allah berikan melalui Musa tentang perbuatan dan kehendak-Nya bagi umat-Nya (9:13), 4) Kitab Kebenaran yang mungkin identik dengan Kitab yang dimeteraikan sampai akhir zaman yaitu menyangkut apa yang akan Tuhan Allah buat untuk mengakhiri sejarah dunia dan memulai sejarah bumi baru langit baru (10:21, bdk. 12:4), dan terakhir 5) Kitab kehidupan yaitu semua yang nama-namanya tercatat di dalam kitab itu akan mengalami keluputan / keselamatan kekal (12:1).

Balik ke bagian sebelum ini, apakah sebenarnya isi doa-doa Daniel selama 21 hari itu? Dapat dipastikan bahwa isi doa Daniel itu berhubungan dengan penglihatan sebelumnya tentang kerajan-kerajaan sesudah Babilonia yaitu Media-Persia dan Yunani dan antikristus yang masih akan menyengsarakan umat Tuhan dalam masa yang dijelaskan sebagai 70 kali 7 masa, yang dalam jawaban yang dibawa Gabriel intinya adalah penegasan hal yang sama. Mengapa roh jahat yang menguasai Persia menghalangi penyampaian jawaban itu? Mungkin supaya Daniel terus meminta agar jika boleh kerajaan-kerajaan penindas itu dipersingkat atau disingkirkan saja dari arena realitas dunia sehingga sengsara umat cepat selesai? Mungkin Daniel bukan tidak mengerti penjelasan-penjelasan itu tetapi sukar untuk menerima bahwa kejahatan masih akan terus berlangsung dan umat Tuhan masih harus menanggung penindasan. Beberapa petunjuk tentang kondisi Daniel yang lemah dan tidak “mengerti” setiap kali menerima penglihatan dan penjelasan (7:28, 8:26-27) dan bahwa Gabriel tiap kali harus menegaskan bahwa ia membawa penjelasan agar akal budi Daniel terbuka (9:22-23 – camkanlah dan perhatikanlah, dalam bahasa Ibrani menggunakan kata yang sama yang diulang dua kali,; semua ini berarti menegaskan agar Daniel sungguh-sungguh menimbang, mengerti dan menerima penjelasan itu), dan di akhir pasal 10 selain menegaskan tentang Kitab Kebenaran, Sosok Ilahi itu juga memberikan penguatan agar Daniel tidak takut sebab Ia dan malaikat baik lainnya akan memerangi pangeran Persia dan Yunani. Dengan kata lain, roh jahat menghalangi penegasan bahwa kesukaran masih akan berlanjut sehingga Daniel terus saja berdoa hal yang tidak sesuai rencana Allah dan akibatnya lengah serta tidak menguatkan stamina rohani dirinya dan umat dalam konflik rohani berkelanjutan? Semua ini tidak dijelaskan dan saya tidak ingin spekulatif dan dogmatis. Tetapi mengingat penegasan bahwa perang melawan penguasa Persia dan Yunani masih berlanjut dan bahwa yang disampaikan Gabriel itu benar, dan itu terhubung dengan atau berasal dari Kitab Kebenaran, maka spekulasi tadi bukan tidak mungkin. Artinya jawab doa itu mengingatkan Daniel untuk menerima, memegang dan memercayai Kebenaran yang Tuhan Allah paparkan meski tidak sesuai harapan dan berkonsekuensi ketidaknyamanan lebih lanjut dan bukan hanya berputar-putar di harapan dan mohonan sesuai keinginan sendiri.

Pelajaran untuk masa kini:

1) Jangan ringankan pelayanan doa dan pergumulan dalam doa. Jangan singkirkan kenyataan bahwa kita hidup dalam realitas yang terbuka pada pengaruh-pengaruh tatanan ekstra-terestrial yaitu “penguasa-penguasa” di udara yang bukan darah dan daging tetapi hendaklah kita kuat dan bijak rohani. Sebab firman menyatakan bahwa memang ada konflik antara pihak yang serasi Tuhan Allah maupun yang melawan kebenaran-Nya. Dan penentu apakah kita akan berbagian dalam kemenangan Yesus Kristus adalah kehidupan doa kita.

2) Benar dan setujukah kita bahwa kita perlu memiliki stamina doa sampai jawaban dari-Nya datang. Maksudnya di sini bukan jawaban sesuai kehendak dan kesukaan kita tetapi jawaban yang murni kehendak Tuhan. Dari kisah Daniel kita perlu sadar bahwa kemungkinan besar akan ada kekuatan jahat yang membuat kita tidak tekun berdoa sampai ke garis finis. Maka, dalam doa itu ambil, kenakan dan gunakanlah selengkap senjata Allah.

3) Apakah kehidupan kita, afeksi kita, pikiran-perasaan-imajinasi-volusi kita, doa-ibadah-karya kita semakin serasi dengan isi Kitab-kitab Allah yang dicatat dalam Kitab Daniel ini – kitab untuk Allah mengadili, kitab sejarah dunia dalam hadirat Allah, kitab tentang kemerdekaan dan isi kemerdekaan / keselamatan, kitab kebenaran tentang akhir zaman, dan kitab kehidupan?

4) Dari kisah ini kita menyadari bahwa komunikasi khususnya penyampaian kebenaran bukan merupakan proses yang sederhana dan mudah. Penyampaian kebenaran bukan semata memaparkan data dan fakta, menyajikan pesan dengan berbagai metode, alat, teknologi secara menarik, mencipta suasana yang membuat perhatian orang terfokus pada kebenaran. Ada banyak sekali lapis-lapis kepribadian orang mulai dari berbagai kebiasaan keseharian, pengaruh pembelajaran masa lalu, pembentukan nilai dari kebudayaan, pikiran-perasaan-imajinasi, bahasa, dan berbagai unsur lain sampai ke inti terdalam manusia yaitu hati yang harus dimasuki, diterangi, dibuat mau berespons oleh kebenaran. Di samping itu ada pengaruh-pengaruh dari dosa, dunia jahat, dan roh-roh jahat yang berpotensi menjegal kebenaran. Maka diperlukan sekali hikmat, kuat dan daya rahmat Allah sendiri melalui karya Roh-Nya agar komunikasi kebenaran yang kita lakukan dengan orang lain boleh sesuai kebenaran-Nya dan mencapai maksud yang Ia kehendaki.

Dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat | E-mail: simpulberkat@gmail.com |
Bank BCA – No. Rekening: 0953882377 – a.n. Philip H. S

Be the first to comment

Leave a Reply