Betlehem, Kota Mungil Yesus

 

Bila membaca Lukas pasal 2, maka kita diajak untuk membayangkan bagaimana sebuah produk aturan Kaisar Agustus yang harus dipatuhi oleh semua orang di dunia. Aturan itu adalah sensus. Semua penduduk- dunia-karena romawi berkuasa zaman itu yang hampir menaklukan semua wilayah. Siria yang merupakan wilayah utama mencakup hampir seluruh timur tengah harus mematuhi perintah itu.

Maka, Yusuf yang mempunyai garis keturunan Daud harus pindah dari Nazareth yang adalah bagian dari Galilea ke Betlehem yang adalah bagian dari Yudea.

Secara status, Yusuf baru saja bertunangan dengan Maria, tetapi Maria sudah mengandung. Bisa dibayangkan bagaimana Yusuf harus menerima konsekuansi itu. Mendampingi Maria untuk berjalan ke Betlehem demi memenuhi aturan penguasa. Tidak dijelaskan dalam perjalanan itu bagaimana sulitnya mnghadapi perjalanan itu. Teks di Matius mengatakan, Yusuf sempat punya niatan menceraikan Maria!

Sebelum lebih jauh bicara tentang Betlehem dan apa yang terjadi di teks Lukas 2 itu, mari kita telusuri sedikit siapa Yusuf ini. Tak banyak teks Alkitab bicara tentang ayah Yesus ini. Dalam Matius itu pun sedikit saja disinggung. Yusuf adalah anak dari Matan (Matius 1:16). Ia juga disebut sebagai keturunan Daud (Matus 1:20 dan Lukas 1:27). Ia punya usaha sebagai tukang kayu dan tinggal di Nazareth.

Teks menyebut bahwa ia keturunan Daud, sehingga pastilah ia dikenal dan dihormati di tempatnya. Lebih dari itu, ia juga dikenal karena memiliki kepribadian yang tulus, juga setia dan taat. Itu sebabnya niatan diam-diam menceraikan tunangannya sempat terlintas dalam pikirannya dan akan dilakukan dengan diam-diam sehingga tak membuat heboh. Tapi apa yang kemudian terjadi? Matius 1;20-21 menyebut, ia didatangi malaikat, “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Dari pernyataan itulah Yusuf mentaati dan kemudian mengambil Maria sebagai istrinya seperti dalam teks Matius 1:24.

Kita kembali ke pasangan Yusuf ke Betlehem. Zaman itu perkembangan penginapan ternyata sudah ada. Teks dalam PB tentang kisah kelahiran Kristus menyinggung, semua penginapan penuh. Ini jelas dampak dari sensus yang membuat semua orang kembali ke tempat asalnya termasuk Yusuf. Terbayang jika zaman itu sudah ada aplikasi pemesanan hotel pasti akan lain ceritanya…(hehehe). Yang terjadi karena kehabisan tempat menginap, maka bisa dibayangkan bingungnya Yusuf untuk mencari tempat bagi istrinya dan anak yang sedang dikandungnya yang waktu persalinan akan segera tiba.

Maka cari punya cari, Yusuf mendapat belas kasih dari salah seorang pemilik rumah yang memiliki kandang domba. Mereka diperbolehkan menginap di tempat itu. Maka proses persalinan pun terjadi dan Kristus lahir.

Dalam kehangatan jerami kandang domba dan bayi Kristus terbungkut hangat, di lokasi lain ditemukan hal yang juga mencengangkan. Para gembala!

Sekawanan gembala sedang menunggu domba-domba mereka hingga malam. Pekerjaan gembala dianggap pekerjaan rendahan yang tak kenal waktu. Saat mereka tenang menjaga, tiba-tiba malaikat muncul. Dan tentu saja membuat para gembala takut. Malaikat yang muncul jumlahnya banyak. Para malaikat memberitahukan tentang Yesus dan kelahiranNya yang luar biasa. Dari mana kita tahu malaikat itu jumlahnya banyak? Karena disebut bala tentara malaikat menyanyi.

Dengan bantuan perempuan lokal, para gembala menemukan Yusuf, Maria dan Yesus. Lalu mereka memberitahu kepada Maria dan Yusuf apa yang terjadi. Sesudah itu teks Alkitab menyebut “gembala-gembala itu kembali, memuliakan dan memuji Tuhan untuk semua hal yang mereka dengar dan mereka lihat, yang sama seperti mereka telah diberitahu.” Itu terjadi di Betlehem!

Sebuah syair yang ditulis Pendeta Phillips Brooks dari Philadelpia tahun 1868 mengambarkan kota mungil itu. Setelah mengunjungi kota itu tahun 1865, Phillips mendapat inspirasi ketika ingin merayakan Natal untuk anak-anak. Lalu ia tuliskan syairnya dengan judul O Little Town of Bethlehem. Syair tersebut kemudian ia berikan ke Lewis Henry Redner, pemain organ di gerejanya serta pengawas sekolah minggu dan meminta dibuatkan melodi yang cocok untuk anak-anak. Pengalaman Redner juga tak kalah unik. Setelah mempelajari syairnya ia tertidur. Di tengah malam ia terbangun dan mendapat ide melodi dari syair itu dan menuliskannya.

Hai kota mungil Betlehem, betapa kau senyap;
bintang di langit cemerlang melihat kau lelap.
Namun di lorong g’lapmu bersinar T’rang baka:
Harapanmu dan doamu kini terkabullah.

Sebab bagimu lahir Mesias, Tuhanmu;
malaikatlah penjagaNya di malam yang teduh.
Hai bintang-bintang fajar, b’ritakan Kabar Baik:
Sejahtera di dunia! Segala puji naik!

Tenang di malam sunyi t’rang sorga berseri;
demikianlah karunia bagimu diberi.
DatangNya diam-diam di dunia bercela;
Hati terbuka dan lembut ‘kan dimasukiNya.

Ya Yesus, Anak Betlehem, kunjungi kami pun;
sucikanlah, masukilah yang mau menyambutMu.
Telah kami dengarkan Berita mulia:
Kau beserta manusia kekal selamanya.

Kidung Jemaat 94, karya Phillips Brooks, 1868

 

Be the first to comment

Leave a Reply