Bersama

Foto: pikist.com

Jadi, kalau kamu sudah dibangkitkan bersama dengan Kristus…

Kolose 3:1

 

S elama hampir dua puluh tahun saya memiliki sebuah pemotong rumput tua, usanghampir rusak. Tiap musim semi dengan rasa was-was saya masuk ke gudang dan membawanya ke luar untuk berjuang sepanjang musim panas. Dua tahun lalu akhirnya ia menyerah, dan tiba saatnya untuk pemotong rumput baru. Maka dengan bersemangat saya pergi ke toko yang menjual mesin pemotong rumput dan membeli sebuah yang baru, dengan motor penggerak canggih. Barang itu bagus. Dengan sekali menarik tuas ia mulai menyala. Ia memotong rumput dengan mudah, dan mekanisme motor penggeraknya seakan menarik saya memotong rumput dan bukan saya lagi yang memotong rumput. Memotong rumput dengannya seakan jalan-jalan di belakang sebuah mesin yang bekerja dengan kuat dan praktis tidak memerlukan tenaga saya.

            Musim semi berikutnya saya keluarkan pemotong rumput itu dari gudang, dan itu dia, mengkilap dan siap membabat rumput. Saya mulai memotong rumput, dan sesudah memangkas kira-kira setengah halaman belakang, saya perhatikan badan saya kuyup berkeringat. Lengan dan kaki saya terasa berat. Terlintas dua hal dalam pikiran saya: pertama, badan saya sudah tidak sanggup mengerjakan tugas memotong rumput, dan kedua, mesin potong rumput itu sangat berat dan sukar digerakkan. Lalu saya sadar: saya tidak menghidupkan motor penggeraknya. Pemotong rumput itu memang agak berat dan sukar digerakkan jika Anda, seperti saya tidak cukup cerdas untuk mengaktifkan tuas pemicu mesin pendorongnya. Begitu saya tarik tuas itu, lihat, pemotong rumput melaju tanpa tenaga saya, dan sekali lagi saya menikmati “jalan-jalan” potong rumput itu.

            Pengalaman dengan mesin pemotong rumput itu melukiskan kenyataan tentang kehidupan Kristen: apabila kita telah dibangkitkan bersama Kristus, kini kita ada “dalam Kristus,” dan Kristus “dalam kita”;  kita memiliki kesanggupan baru, energi baru, kuasa baru untuk menghidupi kehidupan Kristen. Kehidupan Kristen digiatkan tidak dengan menarik tuas tetapi dengan menyerasikan pikiran dan hati kita dengan kuasa Kerajaan Allah yang tersedia dan yang kini hadir di antara kita dan di dalam kita (Kolose 1:27). Bila kita lakukan itu, kita kedapatan sedang ditarik maju dalam perjalanan kesalehan yang sangat menarik. Kita bekerja, tetapi tidak berkeringat. Kita bertindak, tetapi kuasa yang lebih kuat, bekerja senyap di dalam dan sekitar kita.

            Keseluruhan hal ini tersimpul oleh satu kata: bersama. Satu kata kecil, kata hubung yang membosankan yang hampir selalu kita abaikan. Tetapi kata ini sangat dahsyat. Suatu kali saya mendengar seorang pengkhotbah bicara tentang kata singkat ini, tentang bagaimana kata ini hadir dalam seluruh Alkitab — tetapi kerap diabaikan. Ia bicara tentang bagaimana Alkitab bicara bahwa Ia ada bersama Daud dan bersama Ester dan bersama  Salomo dan, terutama, bersama Yesus (Kisah Rasul 10:38). Bahkan, salah satu nama Yesus adalah Imanuel, yang berarti “Allah bersama kita.” Kita memiliki satu di antara dua cara hidup: bersama Allah atau tanpa Allah. Yang pertama seperti memotong rumput dengan pemotong bermotor; yang kedua seperti memotong tanpa mesin pendorong. Yang pertama mudah; yang kedua sukar.

            Saya tidak mengatakan bahwa hidup bersama Allah tanpa kesusahan atau pergumulan, tetapi saya katakan bahwa kehidupan bersama Allah menyediakan kekuatan yang tidak kita punyai, sehingga tak peduli apa pun yang kita hadapi — suka atau duka, kemenangan atau pencobaan — ada kuasa yang bekerja di dalam kita dan mengubah cara kita hidup.

            Sesal saya terbesar sebagai seorang Kristen adalah kenyataan bahwa untuk sekian lama, saya menganggap iman adalah menjalankan seperangkat peraturan. Sumber frustrasi saya terbesar datang dari kenyataan bahwa saya mencoba cukup lama untuk menghidupi kehidupan Kristen dengan kekuatan saya sendiri. Izinkan saya menjelaskannya.

            Sesudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, saya mengalami perubahan — dari dalam. Dunia dalam diri saya bergeser. Pemikiran dan perasaan baru bersemi seperti tulip di musim semi. Seakan ada sesuatu yang hidup belangsung di dalam saya, barangkali mirip seperti yang dirasakan oleh seorang perempuan hamil. Saya memiliki dambaan baru: saya ingin membaca Alkitab, buku yang sebelumnya tidak masuk akal bagi saya tetapi kini mendadak jadi berarti. Dan lebih dari itu, sekadar membacanya membuat saya merasakan hal aneh seperti kedamaian dan ide untuk melakukan apa yang ia katakan untuk saya lakukan. Saya mengalami keinginan untuk pergi ke gereja. Dalam waktu kira-kira setahun saya menjadi anggota gereja  Kristen.

            Segera saya dapatkan diri saya diperhadapkan dengan banyak aturan. Ada orang Kristen lebih tua yang memberitahu saya bahwa orang Kristen dilarang melakukan hal-hal tertentu (pergi ke pesta, hubungan seks) dan diperintahkan untuk melakukan hal-hal lain (membaca Alkitab, berdoa).

            Ada sesuatu di dalam saya yang tertarik pada pemeliharaan aturan semacam itu. Masuk akal, masalahnya ialah saya tidak dapat memenuhi standar yang saya ingin hidupi. Memang, saya dapat berdoa dan melayani orang lain, tetapi saya juga kedapatan frustrasi mencoba menjaga citra diri sementara dalam kenyataannya saya masih marah. Kebanyakannya saya hanya berpura-pura. Saya duga Allah frustrasi dengan saya, dan saya merasa susah.

            Jalan keluarnya datang ketika saya belajar tentang jatidiri di dalam Kristus dan kuasa Kerajaan Allah. Sekian lama saya mengerti diri saya sebagai seorang berdosa yang berjuang untuk tidak berdosa (cobalah hayati paradoks itu sesaat saja). Saya pikir Kerajaan Allah adalah sesuatu yang akan saya alami dalam kehidupan berikut. Ternyata saya kehilangan dua ide hakiki dalam Kekristenan: Orang Kristen didiami dan diberdayakan oleh Yesus, dan kita punya akses ke kehidupan bersama Allah (Kerajaan Allah) pada setiap saat kehidupan kita. Sekian lama dulu itu saya berusaha menghidupi kehidupan Kristen. Dan selama itu pula saya keliru. Saya tidak dapat menghidupi kehidupan Kristen. Saya tidak dapat menjadikan diri saya Kristen dengan menjalankan semua peraturan itu.

            Dalam Kolose 3:1 Paulus menulis, “Jika engkau telah dibangkitkan bersama Kristus…” Perhatikan bahwa bentuk waktu yang dipakai adalah: “telah.” Yang dimaksud adalah suatu kejadian telah lewat dengan konsekuensi berkelanjutan. Itu suatu kenyataan, kebenaran, tindakan yang telah lengkap. Inilah saya sesungguhnya, bukan karena apa yang saya buat tetapi karena apa yang telah Allah buat. Saya sungguh sudah mati bersama Yesus, dan saya sungguh sudah bangkit bersama Dia, dan Ia sungguh hidup di dalam saya. Kini tiap hari saya menghadapi satu pilihan: apakah saya akan berusaha menghidupi kehidupan Kristen dengan usaha sendiri (“kekuatan daging” yaitu kesanggupan manusia terlepas dari Allah), atau saya akan hidup dalam kuasa Allah (hidup “dalam Roh”).

            Bila saya hidup dalam Roh saya mengalami kekuatan yang tidak pernah saya kenal sebelumnya yang sebenarnya dapat saya peroleh, kebijaksanaan yang tidak pernah saya temukan dalam otak kecil saya sendiri dan sukacita yang tak pernah saya bayangkan. Saya dapat melakukan semua ini sebab Allah bersama saya. Dan Allah ada di dalam Anda, memanggil Anda untuk menghidupi kehidupan Kristen bukan dari kekuatan kemauan Anda sendiri yang selalu akan gagal, tetapi dengan kuasa Kristus yang melalui-Nya Anda dapat melakukan segala perkara, bahkan melebihi yang dapat Anda mintakan dan bayangkan.

 

Menghidupi Kebenaran Ini

Hari ini, atau minggu ini, terlibatlah dalam salah satu latihan paling dahsyat yang orang Kristen dapat buat: praktikkan hadirat Allah. Tidak sukar melakukannya, tetapi sukar mempertahankannya. Ingat saja bahwa Yesus ada bersama Anda saat ini juga, apa pun yang Anda sedang lakukan — dalam perjumpaan, dalam pekerjaan, dalam merencana, dalam relasi Anda. Anda tidak sendirian. Allah bersama Anda. Anda mungkin ingin mencoba ini hanya sekitar dua puluh menit dulu sambil mengembangkan kebiasaan baru yang dahsyat ini. Salah satu yang menolong saya adalah mengucapkan berulang kali penegasan berikut: “Allah bersama saya, di sini, kini.”

            Ketika melakukan ini saya mengalami gelombang inspirasi yang membuat saya tenang dan berani. Pergumulan terbesar adalah menjaga pikiran Anda tetap pada Allah. Anda terbiasa melatih pikiran dengan cara lain — ketidakhadiran Allah — sampai sukar melihat dan mencerap secara baru. Sebagaimana frasa terkenal pengarang Quaker agung Thomas Kelly, kita perlu belajar “hidup di dua tingkatan.” Di satu tingkat kita sekadar menjalani kegiatan keseharian kita yang biasa (sikat gigi, belanja, berkumpul dengan teman), tetapi di tingkat lain kita dapat memiliki kesadaran akan kehadiran Allah secara berkelanjutan. Jangan paksakan ini, dan jangan merasa buruk ketika Anda berhenti berpikir tentang Allah. Tetapi paling utama, jangan menyerah. Ini adalah salah satu latihan yang dapat mengubah kehidupan Anda secara mendalam.

 

Penegasan

Allah bersama saya dalam semua yang saya lakukan. Saya memiliki kekuatan, hikmat dan semua persediaan yang saya butuhkan.

 

Doa

Abba yang penuh Anugerah, saya tidak tahu mengapa Engkau memilih saya, tetapi itulah yang Kau telah buat. Dan saya sadar saya tidak memiliki kekuatan apa pun dari diri saya sendiri. Tetapi saya tahu juga bahwa saya dapat melakukan segala perkara melalui Engkau yang memberi saya kekuatan. Ajar saya bagaimana berjalan dengan-Mu di setiap langkah saya hari ini.

 

Renungan

Apa yang Anda rasakan ketika pertama mendapatkan bahwa Allah ada bersama Anda?

Dalam wilayah hidup mana Anda bergumul untuk mengizinkan Allah sungguh bersama Anda? Mengapa?

(James Bryan Smith, Tersembunyi dalam Kristus, psl. 2) 

Be the first to comment

Leave a Reply