TUHAN berfirman kepada Musa:
“Perintahkanlah kepada Harun dan anak-anaknya: Inilah hukum tentang korban bakaran. Korban bakaran itu haruslah tinggal di atas perapian di atas mezbah semalam-malaman sampai pagi, dan api mezbah haruslah dipelihara menyala di atasnya. Imam haruslah mengenakan pakaian lenannya, dan mengenakan celana lenan untuk menutup auratnya. Lalu ia harus mengangkat abu yang ada di atas mezbah sesudah korban bakaran habis dimakan api, dan haruslah ia membuangnya di samping mezbah. Kemudian haruslah ia menanggalkan pakaiannya dan mengenakan pakaian lain, lalu membawa abu itu ke luar perkemahan ke suatu tempat yang tahir. Api yang di atas mezbah itu harus dijaga supaya terus menyala, jangan dibiarkan padam. Tiap-tiap pagi imam harus menaruh kayu di atas mezbah, mengatur korban bakaran di atasnya dan membakar segala lemak korban keselamatan di sana. Harus dijaga supaya api tetap menyala di atas mezbah, janganlah dibiarkan padam.” — Imamat 6:8-13
Kesan pertama kita membaca perikop ini adalah, “Tuhan apa tidak bertele-tele nih? Bukankah di pasal 1 aturan tentang korban bakaran sudah dibicarakan dengan teliti, apalagi yang kurang?”
Ternyata meski sama membicarakan tentang korban bakaran. yang di pasal 1 bukan diulang di perikop ini. O ya? Jadi bagaimana?
Pertama, pasal 1 mengatur korban bakaran yang dibawa oleh perseorangan. Perikop ini mengatur agar korban bakaran terus menerus diselenggarakan oleh para imam. Jadi pasal 1 bicara tentang hati YHWH agar orang-per-orang yang berbuat dosa diberikan jalan agar boleh menerima penutupan dosa dan pengampunan dosa dari Tuhan. Sedangkan korban bakaran di pasal 6 ini adalah yang YHWH minta agar diurus oleh para imam agar seluruh umat boleh dinaungi oleh niat kasih Allah untuk mengampuni mereka. Dari perintah bahwa api mezbah harus menyala terus, dan korban yang dipersembahkan (untuk seluruh umat) itu dibakar sampai habis di mezbah, serta bahwa api mezbah itu harus dipastikan oleh para imam terus menerus menyala dengan jalan menyingkirkan abu dari korban yang telah terbakar habis dan menambahkan kayu bahan bakar, ini menunjukkan kehendak kudus kasih Allah bahwa umat-Nya terus menerus mengalami pengampunan, pembaruan, pemurnian dan pengudusan.
Bukankah semua ini gambaran suram dari apa yang akan dilakukan dan dimungkinkan terjadi oleh kehidupan dan karya penyelamatan Yesus Kristus? Tindakan korban oleh Yesus Kristus tidak harus diulang-ulang seperti korban Perjanjian Lama ini, sebab satu kali saja korban sempurna Yesus Kristus cukup untuk menghasilkan keselamatan dan pemurnian kekal selama-lamanya. Dan khasiat pengorbanan Yesus Kristus bukan saja untuk satu atau segelintir orang tetapi untuk semua orang yang mau percaya dan dihisabkan menjadi anggota keluarga Allah? Bukankah khasiat pengorbanan Yesus Kristus bukan saja berlaku untuk dosa masa lampau tetapi juga untuk dosa sepanjang kehidupan kita? Bukankah pengorbanan Yesus Kristus bukan saja menjamin pengampunan tetapi juga pembaruan-pemurnian berkelanjutan dan menyeluruh sampai kehidupan kekal yang kelak akan kita alami penuh mulai kini sudah bisa kita cicipi lebih dulu?
Selain itu, aturan yang diberikan ini juga mengatur pihak pelayan korban yaitu para imam. Hal yang harus mereka kerjakan – memastikan korban dibakar habis, memastikan api mezbah menyala terus, membuang abu korban, dan bagaimana imam yang melakukan itu harus menutupi seluruh tubuhnya dengan hormat di hadapan kekudusan Tuhan, mengganti pakaian sesudah membuang abu korban ke samping mezbah dan mengenakan pakaian baru sebelum membuang abu itu ke tempat yang tahir. Apabila Yesus Kristus memenuhi semua maksud korban tidakkah ini juga bicara tentang keimamatan kekal Yesus Kristus yang bukan saja menghasilkan pengampunan dosa tetapi juga menghasilkan pembaruan hidup. Perhatikan bagaimana Paulus memakai metafora “tanggalkan” dan “kenakan” ini untuk nasihat-nasihat moralitas-spiritualitas orang percaya sesudah menerima dampak dahsyat penyelamatan dan pembaruan oleh Yesus Kristus! Dan ini dimungkinkan oleh sang Mediator-Hamba dalam pakaian pelayan, sesudah selesai memberikan korban sempurna kini melanjutkan karya mediasi-Nya dalam kemuliaan asali-Nya di sebelah kanan takhta Allah sebagai pembela umat-Nya mendoakan kepada Bapa agar khasiat korban kekal-Nya boleh diperhitungkan, diberlakukan dialami nyata dalam kehidupan keseharian kita.
HalleluYah.
DOA: Ya Korban Keselamatan yang Sempurna dan Kekal, Imam Besar Agung yang telah masuk ke hadirat Allah Mahakudus, Api Pemurni yang terus menyala menguduskan kami; terpujilah Engkau kekal selama-lamanya. Kiranya semua maksud dari korban penyelamatan oleh-Mu kami hidupi terus menerus sepanjang hidup ini. Amin.
Dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat | E-mail: simpulberkat@gmail.com |
Bank BCA – No. Rekening: 0953882377 – a.n. Philip H. S
Leave a Reply
Anda harus masuk log untuk mengirim sebuah komentar.