Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan. Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah dan berdirilah mereka pada kaki gunung. Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena TUHAN turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat. Bunyi sangkakala kian lama kian keras. Berbicaralah Musa, lalu Allah menjawabnya dalam guruh. Lalu turunlah TUHAN ke atas gunung Sinai, ke atas puncak gunung itu, maka TUHAN memanggil Musa ke puncak gunung itu, dan naiklah Musa ke atas. — Keluaran 19:16-20
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. — Kisah Para Rasul 2:1-4
1. Pentakosta dalam Perjanjian Lama adalah perayaan tentang pemeliharaan Allah yang melimpah — jatuh pada hari ke-50 sesudah Pesakh (keluar dari Mesir), akhir masa panenan jelai dan awal masa panenan gandum. Pada hari itu Israel memberlakukan Hari Pentakosta sebagai Hari Raya Tujuh Minggu / Sabatnya Sabat — sesudah 7 x Sabat adalah bari Sabat Besar– maka mereka tidak bekerja melainkan beristirahat kerja dan merayakan kemurahan Tuhan yang telah memungkinkan mereka menjadi bangsa yang bebas, mengalami panen mereka sendiri. (Lihat Keluaran 34, Imamat 23, Bilangan 28, Ulangan 26). Dalam bingkai ini, patutlah kita ingat tentang kebaikan Allah dalam tatanan natural setiap kita merayakan Pentakosta.
2. Kemudian hari dalam sejarah Israel yang selanjutnya Hari Pentakosta juga dirayakan sebagai peringatan tentang pemberian Firman Allah — Sepuluh Hukum — yang menjadi ungkapan pikiran Allah, perasaan Allah, kehendak Allah, cita-cita / imajinasu / daya kreatifitas Allah untuk membentuk umat-Nya menjadi harta kesayangan-Nya, imamat berkerajaan, umat yang kudus. Pentakosta harus mengingatkan umat percaya tentang sifat normative dan definitive dari Alkitab dalam kehidupan individu, maupun komunitas gerejawi.
3. Dalam Perjanjian Baru para murid pasca Kenaikan Yesus diminta untuk menanti di ruang atas rumah di Yerusalem. Mereka adalah orang-orang yang telah dipilih dan dipanggil Yesus di awal pelayanan-Nya, diberikan contoh-teladan dan pengajaran, dimasukkan ke dalam berbagai pengalaman misi dan pemberdayaan ilahi, lalu jelang Kenaikan Yesus diutus untuk pergi ke ujung-ujung bumi. Merekalah yang kemudian di Hari Pentakosta dipenuhi Roh Kudus, maka dengan demikian resmi, siap, nyata merekalah Kristen pertama, Gereja pertama / Perdana, misi terawal ekstensi Yesus Kristus di dunia ini.. Pentakosta mengingatkan kita untuk mengakui perbedaan kualitatif umat percaya sebagai manusia tebusan Allah dari diri Allah yang kekal. Pentakosta bersuasana takut, gentar, hormat terhadap Allah.
4. Menurut Abraham Kuyper, proses pembentukan Gereja dan Misi Perdana itu adalah rangkaian pemanggilan murid, pengutusan murid, dan pemberdayaan oleh Roh Kudus. Sesudah penuh Roh secara kasat mata para murid mengalami proses perubahan dahsyat — dari takut menjadi berani, dari bersembunyi keluar mempersaksikan Yesus Kristus, dari tidak mengerti bagaimana Yesus dinubuatkan dalam PL dan menggenapi nubuatan Mesianis sampai sanggup menjelaskan semua kebenaran teologis itu dan membuat heran para pemimpin agama. Pentakosta menyadarkan kita bahwa baik kemampuan memberlakukan firman maupun kesanggupan untuk menjadi gereja yang hidup, Tubuh Kristus yang vital ke dalam dan ke dunia luar adalah semata karena kehadiran dan pemberdayaan oleh Roh Kudus.
5. Baik penerimaan Taurat maupun penerimaan Roh ditandai oleh tanda ajaib dan dahsyat — halilintar, api, angina menderu, lidah seperti api / api seperti lidah. Persamaan lain adalah baik umat PL maupun umat PB perlu menyiapkan diri sebelum Tuhan Allah memanifestasikan karunia Firman dan karunia Roh. Perbedaannya umat PL mengalami ketakjuban namun belum mengalami perubahan kemauan, sementara Gereja Perdana mengalami perubahan drastis, menjadi para saksi Yesus Kristus yang terus terang dan setia. Perbedaan lain lagi, PL Roh Kudus tidak memenuhi semua umat tetapi hanya para pemimpin tertentu seperti raja, imam dan nabi, sedangkan dalam PB semua orang yang di dalam Yesus Kristus diberikan Roh yang memampukan dirinya mengalami ke-Bapa-an Allah dan dirinya ke-anak-an oleh karya penyelamatan Yesus Kristus. Dalam PL Roh tidak dicurahkan tetapi diberikan sebagai urapan selektif, dalam PB Roh dicurahkan sekali untuk seterusnya, Maka tidak benar mengatakan dan mengharapkan ada Pentakosta Pertama, Kedua, Ketiga, dst. Teologi Roh Kudus harus dibentuk sesuai ajaran firman bukan seturut pengalaman dan kebutuhan . kemauan manusia. Karena sudah dicurahkan dan terus aktif sebagai kehadiran dari Yesus yang berhasil dan menang, maka pengalaman kepenuhan, pemberdayaan Roh adalah soal aktivitas iman kita menerima asupan firman dan membuka diri kepada karya-karya Roh.
6. Dalam janji-Nya Yesus menjelaskan dan menegaskan siapa Roh dan apa tugas Roh Kudus itu. Roh Kudus disebut sebagai Penolong yang Lain — kata lain bukan lain jenis tetapi lain pribadi namun sehakikat / setara dengan diri Yesus sendiri. Artinya Roh Kudus adalah Pribadi Ilahi sebagaimana Yesus Kristus dan Bapa juga. Nama atau julukan untuk Roh — Penolong, Penghibur, Pendamping — dijelaskan lebih rinci oleh Yesus sebagai yang akan mengajar para murid semua arti dari ajaran Yesus dan akan memberdayakan pelaksanaan ajaran itu, akan menginsyafkan dunia tentang dosa — artinya akan menyertai pewartaan Injil orang percaya kepada yang belum percaya, meyakinkan tentang kebenaran, berfokus pada Pribadi dan Karya Yesus Kristus supaya orang percaya dan Yesus Kristus dimuliakan.
Jadi merayakan Pentakosta berarti: 1) mensyukuri pemeliharaan Allah dalam dunia natural, 2) mendorong kita untuk makin mempelajari, menyimpan dan memberlakukan firman-firman dalam Alkitab, 3) mengingatkan kita untuk menjalani proses pengudusan yang menunjukkan kesiapan dan kerinduan kita mengalami Tuhan Allah secara lebih riil dan lebih dalam, 4) membuka seluruh kapasitas diri untuk sedia menjadi saksi Yesus Kristus yang terus terang, arif, dan disertai kuat kuasa Roh, dan 5) berjalan bersama Pribadi Roh, oleh bimbingan-Nya makin cinta firman tertulis dan Firman yang pernah menjadi daging, sambil juga memanfaatkan secara aktif sumber daya supernatural yang telah dicurahkan dan terus menerus presensi tanpa absensi Bersama setiap dan semua orang percaya, yaitu Gereja dari Tuhan Yesus Kristus,Dan dengan presensi Roh Yesus Kristus ini mari kita membawa pengharapan tentang hidup dari-oleh-dalam Yesus Kristus bagi dunia yang sedang dirundung pandemi.
Mari memberkati sesama melalui pelayanan literasi Yay. Simpul Berkat. Kirim dukungan/persembahan kasih Anda ke: BCA 0953882377
Leave a Reply
Anda harus masuk log untuk mengirim sebuah komentar.