Apa dan Siapa Media itu?

Tulisan ini rangkuman dari diskusi di grup WA yang diprakardsai penulis dan teolog Paul Hidayat. Kami rangkum  dalam serial tulisan.

Secara teologis saya yakin kita salah mengerti media hanya sebagai alat dalam komunikasi dan relasi. Memang kamus menjelaskan bahwa media adalah kata benda jamak dari medium. Dan medium adalah yang di tengah di antara dua bagian, berfungsi sebagai pengantar, pengantara, penghubung, alat dalam komunikasi dan relasi. Jadi media adalah berbagai alat dalam relasi atau komunikasi yang memperpanjang dan mempertemukan pihak-pihak yang diharapkan berkomunikasi. Maka isu terdalam dari media sebenarnya bukan tentang alat-alat komunikasi seperti buku, pena, papan tulis, proyektor, radio, televisi, telegram, sistem audio-visual, telepon, internet, dlsb., tetapi tentang komunikasi dan relasi antar pribadi-pribadi itu sendiri.

Mari kita pikirkan beberapa pertanyaan esensial terkait komunitas-relasi-komunikasi-media, sbb. 1) Mengapa komunitas dan komunikasi membutuhkan media? 2) Mungkinkah tanpa media terjadi komunikasi-komunitas-relasi? 3) Ketika Allah berkomunikasi-berelasi-berkomunitas dengan manusia apakah Dia memakai media? Apa saja? 4) Adakah peragaman dan progres jika Allah ternyata bermedia ketika berkomunikasi dengan manusia? Dan, apa prinsip tentang media yang dapat kita tarik dari komunitas dan komunikasi Allah?

Mari kita lihat Wawasan Kristen tentang Media dari tiga pokok penting ini: 1) Teologi / Doktrin Tritunggal, 2) Antropologi alkitabiah – ajaran Alkitab tentang realitas manusia dalam rencana Allah, dan 3) Kristologi – khususnya prinsip tentang Media dari Inkarnasi Yesus Kristus.

Pertama, bagaimana komunitas, relasi, komunikasi internal Allah? Teologi Kristen historis dan semua turunannya – misiologi, spiritualitas, eklesiologi, praktika, dst. – bersifat trinitarian atau kadang disebut juga kristo-pneuma-theisme. Ada beda pendekatan dalam memahami ketritunggalan Allah dalam teologi Barat dan teologi Timur. Teologi Gereja Barat mendekati doktrin Tritunggal dari ke-Esa-an Allah – bagaimana Allah yang Esa itu juga adalah Tiga Pribadi: Bapa, Putra, Roh Kudus – dengan memakai analogi psikologis. Teologi Ortodoks Timur mulai dari Ke-Tiga-an Allah– bagaimana Tiga Pribadi Allah itu Esa adanya – dengan memakai analogi komunitas / sosial. Gereja Timur memakai penggambaran tentang Allah Bapa, Putra, Roh dalam relasi dan komunikasi sebagai perichoresis – Tiga Pribadi dengan Satu Hakikat, Esa Serasi dalam Sifat, Kasih, Rencana, Tindakan, dst.

Perichoresis digambarkan sebagai tarian dinamis melingkar-mendekat-menjauh dengan masing-masing Pribadi memiliki kekhasan-Nya masing-masing namun selalu setara, serasi, seirama, menyatu indah dalam kekekalan maupun dalam karya-karya ke luar diri-Nya dalam Penciptaan. Padanan dari perichoresis ini adalah circum-incession atau co-inherence atau inter-penetrasi. Dari penggambaran ini kita menarik kesimpulan bahwa komunitas-relasi-komunikasi antar pribadi-pribadi Allah bersifat im-media-te, tidak melalui media(-si) melainkan langsung, terbuka secara radikal, serasi secara menyeluruh dan riil satu dengan lainnya. Ini bicara tentang Tritunggal Ad-Intra – yaitu kenyataan diri Allah Tritunggal dalam kekekalan. Teologi juga bicara tentang Tritunggal Ad-Extra – yaitu inter-aksi Allah Tritunggal keluar dalam tindakan Penciptaan dan selanjutnya. Allah mencipta waktu, ruang, zat, alam, makhluk sampai manusia pertama – Adam dan Hawa – dalam inter-aksi, antar- karya yang serasi. Semua ciptaan yang keluar dari mahakarya Allah ini menjadi media yang ke dalamnya dan melaluinya kelimpahan keserasian diri Allah dicerminkan dan dimediasikan. Maka seluruh ciptaan menjadi media Allah menyatakan kemuliaan diri-Nya dan seyogianya mencerminkan perichoresis diri Allah juga.

Saya mencoba melihat Ad-Intra dan Ad-Extra Allah Tritunggal ini untuk kita mengerti media. Dalam Ad Intra Komunikasi-Relasi-Komunitas internal Allah tidak membutuhkan media – keterbukaan dan keserasian radikal, presensi transparan antar Pribadi-pribadi Allah Tritunggal itu sendiri adalah media antar yang Esa itu. Selanjutnya dalam Ad Extra inter-aksi radikal dan serasi dalam rancangan dan karya itu membuahkan berbagai dan beragam media – langit, bumi, segenap isinya termasuk manusia. Allah mencipta semua ciptaan itu bukan karena kelemahan, kekurangan atau kekosongan dalam diri-Nya melainkan karena kelimpahan kemuliaan diri-Nya yang kasih adanya. Ia mencipta untuk berbagi diri bukan untuk bertumbuh diri. Dalam Ad-Intra, presensi, kasih, kesehatian, keserasian di dalam masing-masing dan satu sama lain Pribadi-pribadi Allah sendirinya adalah media komunitas-relasi-komunikasi Tritunggal. Itulah sejatinya media primer Allah Esa yang Tritunggal itu. Sedangkan buah karya Ad Extra Allah yaitu seluruh ciptaan-Nya adalah media sekunder Allah. Prinsip yang ingin saya tarik dari sini untuk media adalah: 1) di inti dari semua penciptaan, pemilihan, pemakaian media-media harus ada presensi, passion, intensi, keterlibatan nyata manusia; 2) dalam bahasan selanjutnya saya yakin bahwa sebagaimana Pribadi-pribadi Tritunggal sendiri adalah media primer keterbukaan-keserasian radikal diri-Nya sementara ciptaan-Nya adalah media sekunder yang serasi dengan presensi-intensi Allah, demikian juga harusnya kita memperlakukan media-media ciptaan manusia sebagai sekunder dan perlu diserasikan dengan maksud dan realitas Allah mencipta manusia serta bangun riil manusia sendiri sebagai media primer. (Bersambung: wawasan tentang media dari Antropologi alkitabiah).

(serial berikutnya adalah : Antropologi alkitabiah tentang  “manusia adalah gambar dan rupa Allah”)

 

Be the first to comment

Leave a Reply