Anugerah untuk Memulai Kembali

Foto: idntimes
Satu aspek mengherankan dari anugerah adalah bahwa ia mengizinkan kita memulai dari awal lagi. Tahun-tahun terakhir ini sangat berat untuk saya. Sewaktu-waktu saya merasa seakan berada di dalam terowongan gelap, dipenuhi ketakutan bahwa saya tidak akan pernah melihat terang kembali. Rasa tertekan berarti kehilangan pengharapan. Kecil hati berarti kehilangan keberanian. Keduanya menempatkan kita dalam tempat yang secara psikologis seakan kita tidak pernah dapat memulai kembali.
Kapankah pengharapan kita bangkit? Allah kita adalah Allah pengharapan, dan Ia menawarkan kita kabar bahwa kita dapat memulai dari awal kembali. Itulah hakikat dari injil. Hebatnya kabar baik itu!
Anugerah yang Allah perlihatkan di salib adalah anugerah yang  mengizinkan kita untuk memulai dari awal kembali. Salib memiliki kuasa untuk menolong kita tidak saja untuk meninggalkan masa lampau di belakang tetapi melampauinya dan berderap maju ke masa depan.
Bahkan di tepi jurang, Allah menolong kita untuk memulai kembali. Sesunguhnya Allah melakukan sebagian dari karya terbaik-Nya di tebing curam kehidupan. Kebangkitan mulai di tepi salib, maka kita belajar bahwa akhir sesungguhnya bukanlah akhir. Dalam puisi Little Gidding (nama tempat di Inggris) , T. S. Elliot berkata,
            Yang kita sebut awal kerap adalah akhir.
            Dan mencapai akhir adalah membuat permulaan.
            Akhir adalah tempat kita memulai.
Allah seringkali menyediakan kita dengan perjumpaan baru sesudah kedukaan karena perpisahan yang berat. Ia membuka pintu baru sementara kita mengalami pedihnya kegagalan. Tetapi agar memulai ulang, kita harus sanggup menutup pintu masa lampau. Menutup pintu berarti mengakui kegagalan dan kehilangan yang kita alami. Menutup pintu bisa juga berarti sadar dan bertobat dari dosa, atau mengampuni mereka yang telah melukai kita. Hanya sesudah itu terjadi barulah perjumpaan dapat
mulai.
Di akhir setiap tahun, kita merayakan Malam Tutup Tahun. Kita mengucapkan selamat tinggal bahkan sambil kita mengatakan hallo kepada tahun yang baru. Adalah karena anugerah Allah kita dapat menyambut tahun yang baru. Setiap pergantian halaman kalender (tahun, bulan, minggu, hari) menyediakan kita suatu permulaan yang baru.
Ketika kita memulai dari awal, kita perlu mengalami hati kita pulih dan segar. Petani memulai musim baru dengan menabur benih. Petani mengolah tanah, menabur benih dan menanam tanaman baru setiap tahun seakan mereka melakukan semua itu untuk pertama kali. Pada intinya, tepat demikianlah yang mereka lakukan. Setiap taburan menghasilkan tanaman baru dalam musim mereka.
Apabila Allah memberi kita tahun yang baru, bulan yang baru atau hari yang baru, itu berarti Allah ingin kita mengakhiri yang telah lampau dengan tepat dan memulai kembali secara baru. Hari yang terindah adalah hari yang akan datang. Marilah kita menyambut hari baru dengan kegembiraan untuk permulaan yang baru.
(Joshua Choonmin Kang, Spiritualitas Kebersyukuran, psl. 21)

Be the first to comment

Leave a Reply