Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: “Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup.” Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup. Lalu raja Mesir memanggil bidan-bidan itu dan bertanya kepada mereka: “Mengapakah kamu berbuat demikian membiarkan hidup bayi-bayi itu?” Jawab bidan-bidan itu kepada Firaun: “Sebab perempuan Ibrani tidak sama dengan perempuan Mesir; melainkan mereka kuat: sebelum bidan datang, mereka telah bersalin.” Maka Allah berbuat baik kepada bidan-bidan itu; bertambah banyaklah bangsa itu dan sangat berlipat ganda. Dan karena bidan-bidan itu takut akan Allah, maka Ia membuat mereka berumah tangga. Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: “Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup.” — Keluaran 1:15-22
Jelas sekali ada peperangan antara baik dan jahat, antara niatan yang ingin membatalkan janji dan rencana Allah membangun umat perkenan-Nya dan pihak yang di dalamnya rencana Allah itu sedang dikerjakan, antara si ular (ingat Kejadian 3) dan anak-anak manusia. Dalam episode pra keluaran ini si jahat, si angkara murka, si jahanam itu adalah Firaun dan di episode lama sesudahnya pra penggenapan keselamatan seantero isi dunia adalah Herodes.
Tetapi Tuhan punya agen-agen-Nya juga. Dalam kisah ini ada para bidan yang lebih takut akan Allah ketimbang taat kepada penguasa dunia sekalipun. Mungkin dua bidan yang tidak jelas apakah orang Mesir atau orang Ibrani ini, adalah kepala para bidan. Sebab tidak mungkin untuk memusnahkan bayi-bayi lelaki Ibrani yang sudah mebjadi ras berjumlah besar itu cukup dua orang bidan saja.
Yang menjadi pertanyaan ialah dari mana mereka mendapatkan “takut akan Allah” yang menjadi alasan untuk mereka tidak mematuhi perintah Firaun dan menggagalkan rencana jahat genosida generasi lelaki baru orang Ibrani? Andai bidan itu Ibrani, mereka belum lagi memiliki Taurat Musa. Andai mereka Mesir atau bangsa taklukkan Mesir lebih mengherankan lagi bahwa nereka bisa memiliki rasa takut akan Allah itu. Teks ini tidak memberi jawaban. Jawabannya bisa kita andaikan: bahwa Allah memang telah menanamkan kepekaan religius dan kesadaran moral dalam hati nurani tiap orang yang entah dapat dikobarkan atau dipadamkan baik dalam pendidikan keluarga, maupun dalam berbagai fungsi kebudayaan.
Sering ditekankan bahwa pendidikan, moralitas, kebudayaan dlsb., tidak dapat menyelamatkan. Hanya iman dan tobat kepada Yesus Kristus dapat menyambut anugerah keselamatan. Memang, tetapi jangan diekstrimkan bahwa semua upaya pembinaan moral, pendidikan, nilai-nilai moral dalam kebudayaan lalu sama sekali menjadi tidak berguna, sia-sia. Sebaliknya, justru orang yang telah menerima anugerah keselamatan harus memancarkan pengaruh terang kebenaran Allah ke berbagai aspek pemanusiaan manusia — pendidikan, sosial, politik, moral dan budi pekerti, dlsb.
Injil bukan meniadakan tetapi menggiatkan misi kemanusiaan.
Leave a Reply
Anda harus masuk log untuk mengirim sebuah komentar.