Proses Pembentukan Sikap Misioner

Petrus bertanya-tanya di dalam hatinya, apa kiranya arti penglihatan yang telah dilihatnya itu. Sementara itu telah sampai di muka pintu orang-orang yang disuruh oleh Kornelius dan yang berusaha mengetahui di mana rumah Petrus. Mereka memanggil seorang dan bertanya, apakah Simon yang disebut Petrus ada menumpang di rumah itu. Dan ketika Petrus sedang berpikir tentang penglihatan itu, berkatalah Roh: “Ada tiga orang mencari engkau. Bangunlah, turunlah ke bawah dan berangkatlah bersama-sama dengan mereka, jangan bimbang, sebab Aku yang menyuruh mereka ke mari.” Lalu turunlah Petrus ke bawah dan berkata kepada orang-orang itu: “Akulah yang kamu cari; apakah maksud kedatangan kamu?” Jawab mereka: “Kornelius, seorang perwira yang tulus hati dan takut akan Allah, dan yang terkenal baik di antara seluruh bangsa Yahudi, telah menerima penyataan Allah dengan perantaraan seorang malaikat kudus, supaya ia mengundang engkau ke rumahnya dan mendengar apa yang akan kaukatakan.” Ia mempersilakan mereka untuk bermalam di situ. Keesokan harinya ia bangun dan berangkat bersama-sama dengan mereka, dan beberapa saudara dari Yope menyertai dia. — Kisah Para Rasul 10:17-23
Sebanarnya dalam amanat agung Yesus Kristus sudah jelas bahwa anugerah dan rencana penyelamatan Tuhan tidak lagi eksklusif hanya untuk orang Yahudi tetapi berlaku bagi sekalian bangsa, suku dengan kekhasan bahasa masing-masing. Tetapi pada kenyataannya para rasul tidak menjangkau lebih luas dari seputaran Yerusalem, Yudea dan Galilea. Maka yang Petrus alami adalah semacam terapi kejut (shock therapy) — mendapatkan penglihatan tentang binatang-binatang tidak halal, mendengar suara dari surga yang memerintahkannya untuk menyembelih dan memakan itu, Jawab atau sanggahan Petrus memperlihatkan sebab misi internasional, misi keluar, misi menerobos kalangan sendiri terhambat — “aku belum pernah” makan yang dianggap haram dalam yudaisme, meski kini Tuhan telah menyatakan itu sebagai halal. Ada sesuatu yang di luar kebiasaan, bertentangan dengan tradisi lama, tidak sesuai dengan konsep dan tafsir teologis yang menyebabkan Petrus tidak proaktif dalam misi internasional.
Petrus sudah menerima amanat agung Yesus Kristus, mendapatkan penglihatan dan menerima firman dalam bentuk suara yang memerintah, kini mendapatkan konfirmasi dengan kedatangan utusan Kornelius sendiri yang dikukuhkan oleh suara Roh yang menjelaskan semua pengaturan Tuhan di balik semua peristiwa ini. Melalui begitu banyak bimbingan dan proses pembentukan yang panjang, barulah Petrus dapat aktif berperan serta dalam gelombang misi Tuhan untuk bangsa-bangsa lain.
Sepertinya khutbah tentang pentingnya misi dan pekabaran Injil dan lokakarya penginjilan saja tidak cukup. Supaya gereja dan orang Kristen di dalamnya bias lebih proaktif dalam misi perlu beragam latihan, bimbingan, terapi kejut dan “exposure” yang mengubah sikap mental dan mencipta banyak perjumpaan yang berujung pada misi. Kiranya kesabaran Tuhan membimbing kita semua dalam proses ini.
Mari dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat lewat kegiatan pelayanan dilakukan untuk setiap Kristen di Indonesia. Kirim dukungan Anda ke Yay. Simpul Berkat: BCA 0953882377 a/n Philip hs.

Be the first to comment

Leave a Reply