Pimpinan dan Hadirat Tuhan

Pada bulan ketiga setelah orang Israel keluar dari tanah Mesir, mereka tiba di padang gurun Sinai pada hari itu juga. Setelah mereka berangkat dari Rafidim, tibalah mereka di padang gurun Sinai, lalu mereka berkemah di padang gurun; orang Israel berkemah di sana di depan gunung itu. Lalu naiklah Musa menghadap Allah, dan TUHAN berseru dari gunung itu kepadanya: “Beginilah kaukatakan kepada keturunan Yakub dan kauberitakan kepada orang Israel: — Keluaran 19:1-3
Di bulan ketiga sesudah Israel dibebaskan TUHAN Allah dari Mesir — sesudah mukjizat menyeberangi laut merah dan balatentara Firaun ditenggelamkan TUHAN Allah di laut tersebut, sesudah ajaibnya kuasa dan kasih pemeliharaan TUHAN Allah memberi manna dan burung puyuh dan memberi air di tengah kegersangan padang gurun, sesudah kemenangan gemilang perang jasmani-rohani atas Amalek, dan sesudah pembelajaran mengenai kepemimpinan yang Musa dapat melalui Yitro mertuanya — kini TUHAN Allah ingin mengajarkan Israel tentang rencana Allah, maksud hati Allah terdalam memilih, membebaskan, memelihara  Israel dengan cara sedemikian mengherankan.
Semua tindakan ajaib TUHAN Allah itu dilakukan melalui kepemimpinan Musa. Kini ada satu lagi peran penting yang akan TUHAN Allah percayakan kepadanya. Peran ini dapat dianggap sebagai peran paling penting dan paling menentukan disbanding semua perannya sebelumnya. Sebab dengan memaparkan isi hati dan maksud TUHAN Allah untuk Israel, ia memimpin Israel ke tujuan Keluaran — hal terpenting dari pembebasan bukan saja bebas dari apa / siapa tetapi bebas untuk apa / siapa, dan untuk menjadi apa / siapa Israel berikutnya.
Yang esensial dari peran ini adalah tindakan Musa naik gunung Sinai dan tindakan TUHAN Allah mencondongkan diri dari atas gunung ke Musa yang dari bawah naik menjumpai-Nya. Pada waktu pertama Musa dipaggil TUHAN Allah, Ia menjumpai Musa di semak belukar gunung itu dalam api yang menyala-nyala di semak itu. Kini ia harus naik lebih tinggi, menghampiri hadirat TUHAN Allah yang dalam bagian berikut hadirat TUHAN Allah digambarkan sebagai penuh kedahsyatan, kemuliaan — asap, api, guruh, kilat sambar menyambar, sangkakala — dan tidak ada orang boleh menyentuh gunung itu apalagi berani mendekat. Hal Musa naik untuk menghadap TUHAN Allah itu, untuk mendengarkan Firman-firman-Nya, untuk menangkap isi hati dan maksud kekal Dia bagi umat-Nya itu, terlihat jelas di mata umat keseluruhannya.
Apa implikasi tindakan dan peran Musa ini untuk para pemimpin Kristen masa kini — para orangtua untuk anak-anak, para pendeta untuk jemaat, para pemimpin KTB, para guru agama, para konselor dan pembina Kristen. para akativis dan majelis, para pengusaha Kristen, para guru Kristen, dlsb? Bagaimana menerjemahkan “naik gunung,” “mendekati dan mengalami hadirat TUHAN,” “menerima Firman, pengajaran, pesan Tuhan untuk diri sendiri dan untuk diteruskan ke pihak yang dipimpin,” dst. ini? Apakah “naik gunung,” “diam dalam hadirat TUHAN,” “menerima dan menyelami firman-firman-Nya” itu masih menjadi yangt terpenting, terutama, paling menentukan atau sudah direduksi oleh banyak kegiatan rohani, sosial, jasmani dan dengan akses mudah-cepat melalui berbagai teknologi informasi-komunikasi modern? Seberapa nyatakah “naik gunung-mendekat hadirat Tuhan-menyelami firman-Nya” itu dalam persepsi orang lain tentang kehidupan kita?

Mari memberkati sesama melalui pelayanan literasi Yay. Simpul Berkat. Kirim dukungan/persembahan kasih Anda ke: BCA 0953882377

Be the first to comment

Leave a Reply