Peran Perempuan

Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi; lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya. Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia. Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: “Tentulah ini bayi orang Ibrani.” Lalu bertanyalah kakak anak itu kepada puteri Firaun: “Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?” Sahut puteri Firaun kepadanya: “Baiklah.” Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu. Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: “Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu.” Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: “Karena aku telah menariknya dari air.” — Keluaran 2:1-10
Musa lahir dan ia elok di mata Allah. — Kisah Para Rasul 7:20
Ada tiga sosok perempuan dengan keadaan diri dan peran masing-masingnya tanpa mereka sadari telah menjadi perpanjangan tangan Tuhan dalam menyiapkan seorang besar yang mengukir sejarah sebuah bangsa bahkan mengubah dunia ini. Andai tidak ada tiga perempuan itu, siapakah yang akan berhadap muka dengan Firaun menyampaikan klaim Tuhan untuk kebebasan umat Israel? Siapakah yang akan dicatat sebagai seorang yang paling lembut hati dan yang mendapatkan anugerah sangat besar boleh bercakap-cakap berhadapan muka dengan YHWH? Siapakah yang akan menyaksikan YHWH menyingkapkan sifat-sifat-Nya yang mulia, dahsyat, adil, kudus di dalam Sepuluh Titah di loh batu di atas Gunung Sinai? Siapakah yang akan bersyafaat dengan penuh keberanian dan kegentaran untuk kesempatan ulang boleh lanjut hidup bagi umat yang durhaka?
Perempuan pertama — di catatan ini tidak disebut namanya — adalah ibu Musa. Baru di pasal 6:20 disebutkan bahwa ayahnya adalah Amram dan perempuan ibu Musa itu adalah Yokhebed. Dengan naluri keibuannya, pasti seusai perjuangan melahirkan bayinya, dengan penuh cinta Yokhebed membersihkan memeluk menyusui, mendekapnya dan pasti secara manusiawi ada keengganan untuk membiarkan bayinya, darah-dagingnya, buah cintanya itu dibunuh dengan mengikuti perintah Firaun. Nas ini mencatat lebih dari naluri cinta manusiawi itu ada tatapan, ada penglihatan. Yokhebed melihat Musa elok sebagaimana Allah melihat Musa elok. Ada anugerah kuat Allah bekerja dalam naluri cinta Yokhebed yang memberdayakan — tepat disebut sebagai visi profetis, penglihatan kenabian. Ia melihat apa yang Allah lihat — ada energi, rancangan, pekerjaan yang sedang dan akan YHWH wujudkan di dalam bayi lemah itu. Inilah cinta seorang ibu bergabung dengan harapan, iman, serta kepekaan akan potensi transformasi di masa depan yang Tuhan Allah tanamkan di dalam diri seorang bayi.
Dan ketika tiga bulan kemudian ia memutuskan untuk menaruh bayinya dalam keranjang pandan berlapis gala-gala dan ter dalam tindakan penyerahan ke tangan yang Mahakuasa, Mahaberdaulat, maka semua pribadi, unsur, anasir yang harus terlibat dalam penyelenggaraan Allah pun turut bekerja. Miriam mengawasi dari kejauhan dalam saying dan harap sebagai seorang kakak perempuan. Putri Firaun kebetulan mandi di dekat tempat keranjang itu hanyut dan tertahan di semak-semak liar tepi Nil tergerak oleh belas kasihan. Dan secara mengherankan, dahsyat, ajaib luar biasa, akhirnya Musa yang harusnya mati di bawah perintah Firaun malah hidup sebagai anak angkat putri Firaun, disusui dan diasuh jasmani-rohani oleh keluarganya sendiri sebelum kemudian diangkat anak resmi menjadi bagian dari istana Firaun.
Semoga ada banyak perempuan terutama di kalangan orang percaya yang di dalam kehidupannya  beroperasi bukan saja cinta kasih naluriah keibuan tetapi juga harap-iman-visi ilahi tentang potensi dan pewujudan dari yang Allah rencanakan, kerjakan melalui anak-anak. Kiranya keluarga, gereja, sekolah bahkan bangsa kita boleh memiliki cinta can visi profetis ini yang dinyatakan dalam asuhan keluarga, kurikulum Pendidikan, suasana ibadah anak di gereja, dlsb.
Mari memberkati sesama melalui pelayanan literasi Yay. Simpul Berkat. Kirim dukungan Anda ke: BCA 0953882377

Be the first to comment

Leave a Reply