Omni-Friendly

Lalu Musa berkata kepada Allah: “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? –apakah yang harus kujawab kepada mereka?” Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.” Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun. Pergilah, kumpulkanlah para tua-tua Israel dan katakanlah kepada mereka: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Ishak dan Yakub, telah menampakkan diri kepadaku, serta berfirman: Aku sudah mengindahkan kamu, juga apa yang dilakukan kepadamu di Mesir. — Keluaran 3:13-16

Tuhan itu Mahabaik, Mahapaham, “omni-friendly.” Musa dengan jujur mengemukakan pengandaian kalau-kalaa orang Israel mempertanyakan Nama TUHAN. Maksudnya mungkin orang Israel selama sekian ratus tahun di Mesir tidak lagi sepenuhnya memelihara pengenalan rohani yang telah diwariskan oleh leluhur mereka Abraham-Ishak-Yakub-Yusuf. Mungkin juga telah terjadi berbagai proses akulturasi, pluralitas keyakinan, bahkan sinkretisme. Entah apa persisnya, tetapi pertanyaan Musa ini relevan baginya maka Allah menerima dan menjawab.

Pertama, Nama TUHAN Allah itu adalah YHWH (kini sebagian besar pembaca Alkitab Ibrani menyebut Nama itu Yahweh). Ajaibnya tidak seperti nama-nama lain lazimnya, Nama ini adalah pernyataan dalam kata kerja “ADA” kekal — Aku Adalah Aku, Aku yang senantiasa Ada, Ada yang Selama-lamanya. Persis halnya api di semak belukar itu menyala bukan karena suplai energi-bahan dari semak belukar itu tetapi dalam dirinya sendiri, Aku Ada yang Aku Ada menyatakan bahwa TUHAN Allah itu tidak bergantung, tidak dihidupkan, tidak berasal, tidak dipengaruhi oleh sesuatu apa pun dari alam-makhluk ciptaan ini. Ia kekal Ada dari dan oleh diri-Nya sendiri.

Kedua, Ia adalah Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub. Ia Alah yang telah memperkenalkan diri-Nya, memanggil, membagi rencana-Nya dan beserta menggenapi rencana-Nya itu dalam sepanjang kehidupan mereka. Ia yang membuat perjanjian dan memelihara dengan setia perjanjian kekal itu. Ia yang hidup, dapat dikenal dan dengan-Nya manusia boleh bersekutu. Ia yang sepanjang zaman berbicara melalui para nabi dan pada puncaknya dalam sang Firman dan di dalam dan melalui kehidupan dan semua segi karya penyelamatan dan pengajaran Yesus Kristus telah memasukkan umat-Nya ke dalam hubungan anak-anak dan Bapa surgawi — “Bapa kami yang di Surga.”

Bukan karena kesanggupan bicara, kehebatan memotivasi dan meyakinkan, penggunaan berbagai cara-tanda-taktik, maka Musa akan berhasil mengajak seluruh umat menghidupi rencana dan janji Allah. Melainkan Nama itu yang telah memerintahkan dia untuk mengajak seluruh umat memercayai dan mengikuti rencana Tuhan untuk mereka, yang perlu diberitahukan dan yang dalam diri-Nya akan bekerja di dalam pewartaan Musa.

Kesaksian, pelayanan, misi, khotbah, pembinaan, dlsb. memang melibatkan berbagai kapasitas manusiawi yang harus kita kembangkan dengan penuh tanggungjawab. Namun semua itu kita kerjakan dalam kesadaran kebergantungan dan pengandalan penuh pada Aku Ada yang Aku Ada” yang hadir, bekerja dengan penuh anugerah, karunia, kuasa di dalam dan melalui kita. Kekurangan-kelebihan kita, kenudahan-kesukaran sikon tidak boleh jadi dasar kita mengeluh atau bermegah dalam mengemban panggilan Tuhan.

 

Mari memberkati sesama melalui pelayanan literasi Yay. Simpul Berkat. Kirim dukungan Anda ke: BCA 0953882377

Be the first to comment

Leave a Reply