Mereka dan Kita

Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.  Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. — Kisah Para Rasul 2:42-47

Yang mana gereja yang lebih gereja? Kita atau mereka?

Kita punya sinode, klasis, tata gereja, organisasi antar gereja lokal, gedung gereja yang mapan, pengakuan iman, katekismus, Alkitab lengkap, liturgi, buku nyanyian Kristen, berlimoah program atraktif baik kerohanian maupun bukan, dlsb.

Mereka? Tidak ada semua itu. Tetapi yang mana, yang lebih merindukan firman Tuhan? Yang lebih memastikan untuk hidup dalam kebenaran dari Tuhan? Yang memiliki persekutuan riil dan konkrit dengan Tuhan? Yang mewujudkan persekutuan dengan Tuhan dalam persekutuan dengan sesama, sampai memberbagikan hidangan dan harta milik masing-masing? Yang rohani tidak saja di hari ibadah tetapi juga di hari-hari biasa? Yang melaksanakan “kegerejaan” mereka bukan di gedung tetapi di keluarga dan di pertetanggaan? Yang mengalami kehadiran dan manifestasi karya ajaib Allah sangat nyata? Yang berdampak positif dan missional ke masyarakat luas?

Jelas sekali, dalam banyak hal kita masa kini jauh lebih hebat dari mereka dulu itu. Tetapi lebihnya kita apakah dalam hal esensial tentang kehidupan Kristen dan gereja? Esensi dan ciri apakah tentang orang Kristen pertama ini yang perlu kita usahakan dan doakan agar benar-benar ada dan menggeliat kuat dalam gereja masa kini? Apa dari yang ada pada gereja kita yang sesungguhnya tidak esensial? Siapkah kita memangkas atau menguranginya demi memungkinkan kita menumbuhkembangkan yang esensial? Apakah kekuatan atraktif dalam gereja kita — yang mana yang sesuai dengan esensi dan ciri gereja seharusnya, yang mana yang bukan? Jika kita membutuhkan pembaruan dan kebangunan kerohanian serta kegerejaan kembali, dalam hal apa saja itu?

Mari dukung pelayanan Yayasan Simpul Berkat lewat kegiatan pelayanan
literasi yang dilakukan untuk setiap Kristen di Indonesia.
Kirim dukungan Anda ke Yay. Simpul Berkat: BCA 0953882377 a/n Philip hs.

Be the first to comment

Leave a Reply