Jangan Tunggu Tuhan Marah

Tetapi Musa berkata: “Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus.” Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Musa dan Ia berfirman: “Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya. Maka engkau harus berbicara kepadanya dan menaruh perkataan itu ke dalam mulutnya; Aku akan menyertai lidahmu dan lidahnya dan mengajarkan kepada kamu apa yang harus kamu lakukan. Ia harus berbicara bagimu kepada bangsa itu, dengan demikian ia akan menjadi penyambung lidahmu dan engkau akan menjadi seperti Allah baginya. Dan bawalah tongkat ini di tanganmu, yang harus kaupakai untuk membuat tanda-tanda mujizat.” — Keluaran 4:13-17
Musa telah dipanggil TUHAN menjadi orang urapan-Nya menghadap Firaun untuk mengklaim pembebasan atas umat Israel. Semua yang mungkin menjadi penghalang untuk ia terlibat dalam misi TUHAN — kelemahan, kekurangan, ketidaklayakan dirinya telah dijawab TUHAN dengan janji penyertaan dan kepastian keberhasilan; andai orang Israel mempertanyakan identitas TUHAN dijawab TUHAN dengan penyataan mengenai diri-Nya sebagai Yang Maha Ada; bahkan keraguannya tentang tanggapan Israel disingkirkan TUHAN dengan memberikan tanda mukjizat yang langsung dibuat Musa dan dialami di tubuh Musa sendiri. Kurang apalagi?
Tetapi sesudah semua sifat TUHAN yang Mahabaik, Mahatahu, Mahakuasa, Mahasabar beroperasi nyata namun Musa masih juga menolak, maka marahlah TUHAN. Terbukti bahwa Musa sejauh ini hanya mencari-cari alasan dan cara untuk mengulur waktu, dan sebenar-benarnya ia hanya enggan dan ingin melarikan diri dari panggilan TUHAN itu. Maka, marahlah TUHAN. Ini memperingatkan semua kita agar tidak cepat tanggap menyambut panggilan dan suruhan TUHAN sebab sifat oanjang sabar dan kasih setia TUHAN juga serasi dengan sifat-Nya yang berdaulat, adil dan kudus.
Marah-Nya TUHAN dating kepada Musa bersama dengan kelembutan dan konsistensi-Nya. Ia tidak lalu menolak Musa, atau membatalkan rencana-Nya untuk mmembebaskan Israel. Kini Ia mempersatukan keluarga yang telah tercerai 40 tahun karena sikon politik — Harun dan Musa dipertemukan TUHAN kembali (4:27 — TUHAN juga menyatakan diri kepada Harun dan menuntun dia pergi menemui Musa) dan membentuk tim kerja yang hebat. Harun menjadi nabinya (lidah dan mulut) untuk Musa, Musa menjadi “allah” (menyampaikan apa yang ia terima dari Allah kepada) Harun. Harun berkonsentrasi pada orang Israel, Musa pada Firaun.
Dari sini kita belajar:
1. Jangan lamban atau enggan menyambut dan merespons konkrit panggilan TUHAN. Jangan tunggu sampai Ia marah.
2. Percaya penuh pada kebaikan, kasih, kebijakan TUHAN dalam mengatur strategi pewujud-nyataan rencana Kerajaan-Nya. Visi-misi-strategi pelayanan kita harus 100% serasi dengan yang Ia nyatakan dalam
Mari memberkati sesama melalui pelayanan literasi Yay. Simpul Berkat. Kirim dukungan Anda ke: BCA 0953882377

Be the first to comment

Leave a Reply