Firman dan Sakramen

Segala sesuatu dalam alam semesta ciptaan Tuhan ini sebenarnya bernilai sakramental, menunjuk kepada Allah dan sifat-sifat-Nya. itu sebabnya Nuh mengalami pelangi sebagai tanda anugerah, Abraham menerima tanda dan meterai untuk janji Allah melalui bintang di langit dan pasir di tepi laut, Yakub melihat tangga penghubung bumi dan surga saat tidur di batu di Haran, dan banyak lagi kisah manusia-manusia Allah seperti Yosua, Gideon, Daud, Elia-Elisa, Yunus yang mengalami nyatanya kuat-kuasa dan kemuliaan Allah melalui benda-benda bumiah ini. Segala sesuatu di bumi ini berpotensi sakramental, maka janganlah meringankan dan mengabaikannya.

Dalam Perjanjian Baru Yesus Kristus sangat menyadari dan memanfaatkan nilai sakramental dalam pengajaran-Nya. Ia menjadikan bunga bakung dan burung di udara sebagai tanda pemeliharaan dan kebaikan Allah. Ia mengambil tanah dan menyatukan dengan ludah-Nya menjadi salep yang mencelikkan mata orang buta. Lebih dari semua itu, Ia sendiri adalah Inkarnasi Anak Allah menjadi Manusia sejati — Allah di dalam dan menjadi darah dan daging, sel dan syaraf dan otot, jaringan dan cairan tubuh, organ dan bio-kimia, tulang dan kulit, plasma dan kelenjar — ya, Yesus Kristus bukan saja memakai benda-benda alam dalam potensi sakramental mereka, tetapi bahkan Ia sendiri adalah Sakramen itu sendiri, yang tidak saja menunjuk kepada kemuliaan Allah melainkan juga menghadirkan kemuliaan Allah itu.

Dalam kisah dua murid di Emaus, begini cerita mereka ketika berjumpa dengan Yesus:

Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. Kata mereka itu: “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon.” Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. (Lukas 24)

Hati mereka berkobar-kobar ketika mendengar isi Alkitab dijelaskan oleh dan berfokus pada Yesus Kristus, mereka baru mengenali Dia yang menjelaskan firman itu sebagai Yesus Kristus sendiri ketika menerima layanan perjamuan dari Tuhan. Firman dan Meja Perjamuan menjadi peristiwa yang beriringan mengobarkan dan mencerahkan; firman mendahului meja perjamuan, meja perjamuan menjadi penyempurna firman yang jelas.

Saya dan kita semua butuh firman yang hidup dan roti dan anggur penopang hidup dalam keseharian kita. Kiranya ibadah-ibadah raya kita mewadahi penyediaan kebutuhan esensial ini untuk manusia zaman kini. Amin.

Mari dukung pelayanan Yayasan Simpul Berkat lewat kegiatan pelayanan
literasi yang dilakukan untuk setiap Kristen di Indonesia.
Kirim dukungan Anda ke Yay. Simpul Berkat: BCA 0953882377 a/n Philip hs.

Be the first to comment

Leave a Reply