Diganggu Tuhan dalam Doa

Keesokan harinya ketika ketiga orang itu berada dalam perjalanan dan sudah dekat kota Yope, kira-kira pukul dua belas tengah hari, naiklah Petrus ke atas rumah untuk berdoa. Ia merasa lapar dan ingin makan, tetapi sementara makanan disediakan, tiba-tiba rohnya diliputi kuasa ilahi. Tampak olehnya langit terbuka dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya, yang diturunkan ke tanah. Di dalamnya terdapat pelbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung. Kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata: “Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!” Tetapi Petrus menjawab: “Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir.” Kedengaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya: “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.” Hal ini terjadi sampai tiga kali dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit. — Kisah Para Rasul 10:9-16

Di tengah keadaan lapar akan Tuhan (doa) dan lapar jasmani, Petrus mengalami penampakan pimpinan dari Tuhan yang mendorong ia keluar dari boks kungkungan “halal-haram” sosial yang mempersempit ruang gerak misinya.

Ia melihat langit terbuka — symbol dari penyataan baik kemuliaan maupun kehendak Tuhan. Sehelai kain yang empat ujungnya tergantung turun dari langit ke tanah. Empat sudut ini mungkin adalah symbol empat mata angin — seluruh bumi dan seisi dunia manusia. Di atas kain itu terdapat pelbagai binatang berkaki empat, binatang menjalar dan ungags, dan Petrus diperintahkan untuk menyembelih dan memakannya. Reaksi Petrus menggemakan reaksinya ketika mendengar Yesus harus disalibkan. Ada konsep mesianis yang tafsirannya salah yang ia utarakan kepada Yesus, kini ada konsep missioner yang salah yang membuat ia terkungkung di dalam “halal-haram” sehingga tidak memiliki keberanian “outreach” ke bangsa-bangsa kafir seperti yang dalam peristiwa ini diwakili oleh Kornelius.

Kita orang Kristen di Indonesia masa kini juga banyak yang terkungkung oleh konsep halal-haram, alasan teologis, sekat-sekat sosiologis, ketakutan psikologis, kesombongan rohani, kenyamanan spiritual, sikap cinta “kalangan sendiri” dlsb. yang menyebabkan kita tidak efektif sebagai pewarta dan penyaksi Injil Yesus Kristus. Tuhan kiranya mengganggu kita sampai berbagai kungkungan itu runtuh dan kita diberanikan melangkah keluar dalam semangat berbagi hidup yang memancarkan Injil Yesus Kristus.

Mari dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat lewat kegiatan pelayanan
literasi yang dilakukan untuk setiap Kristen di Indonesia.
Kirim dukungan Anda ke Yay. Simpul Berkat: BCA 0953882377 a/n Philip hs.

Be the first to comment

Leave a Reply