Daniel 9:1-3:

Pada tahun pertama pemerintahan Darius, anak Ahasyweros, dari keturunan orang Media, yang telah menjadi raja atas kerajaan orang Kasdim, pada tahun pertama kerajaannya itu aku, Daniel, memperhatikan dalam kumpulan Kitab jumlah tahun yang menurut firman TUHAN kepada nabi Yeremia akan berlaku atas timbunan puing Yerusalem, yakni tujuh puluh tahun. Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu.

Pasal ini merupakan visi apokaliptik ketiga yang Daniel terima, dan sesudah sebelumnya tiga yang ia jelaskan dari yang didapat oleh Nebukadnezar dan Belsyazar. Penglihatan ketiga ini unik baik kejadian yang menyebabkannya maupun sifat penglihatannya. Sebab penglihatan ini adalah pergumulan Daniel tentang saat pemulihan dari Tuhan Allah atas Yehuda akan digenapi. Pada setiap penglihatan sebelumnya selain penegasan tentang kedaulatan Tuhan dan penyintasan umat, juga secara gamblang dipaparkan implikasinya yaitu kerajaan-kerajaan dunia ini akan berlalu, satu per satu tumbang dan diganti sampai akhirnya Kerajaan Kekal Allah yang sungguh berjaya memerintah di bumi. Pada penglihatan pertama Daniel (sekitar tahun 555 SK), perhatian dan tekanan utamanya pada kerajaan-kerajaan dunia yang silih ganti diakhiri oleh Yang Lanjut Usia yang akan melakukan penghakiman final dan pada Yang Seperti Anak Manusia yang akan memerintah dalam Kerajaan Kekal Allah. Pada penglihatannya yang kedua (sekitar tahun 550 – 539 SK) fokus bukan lagi pada Babilonia melainkan pada kerajaan-kerajaan yang menggantikannya yaitu Media Persia, lalu Yunani dan Romawi.

Di awal pasal 9 ini Daniel menjelaskan penunjuk waktunya yaitu pada tahun pertama pemerintahan Darius anak Ahasyweros orang Media, jadi sekitar tahun 539 – 538 SK. (Tentang Darius ini sudah kita bahas di bagian pengantar di awal explorasi ini.) Intinya, kini ia sudah mengalami penggenapan beralihnya kepala emas ke dada perak di penglihatan Nebukadnezar, juga penggenapan penglihatan tangan menulis yang menakutkan Belsyazar yang sungguh digenapi dengan kejatuhan Babilonia oleh Media-Persia, dan itu berarti ia sudah enam puluh tahun lebih ada di pembuangan (Daniel dibuang pada masa kejatuhan Yoyakim yaitu pada 605 SK). Maka kerinduan untuk umatnya mengalami pengampunan dan pemulihan dari Tuhan menjadi sangat kuat. Babilonia sudah tumbang, akankah Media-Persia menjadi awal pengembalian umat ke tanah perjanjian? Enam puluh tahun lebih sudah tangan kuat Allah menekan mendisiplin mereka, akan segerakah pemulihan yang dinubuatkan Yeremia digenapi? Mungkinkah penghakiman Yang Lanjut Usia segera akan menjadi kenyataan dan Kerajaan Kekal Yang Seperti Anak Manusia segera akan mewujud.

Setiap kali usai penglihatan dan menerima penjelasannya Daniel selalu mengalami gejala lemas, tertekan dan bahkan pingsan. Semua reaksi fisik dan jiwa Daniel ini bukan terutama disebabkan oleh kengerian hal-hal yang dilihatnya, tetapi terutama karena berimplikasi bahwa kejahatan dan penindasan masih akan berlanjut. Justru dengan latar belakang semua hal inilah ia kemudian mencari jawaban dari kitab para nabi lainnya, dan kini ia membaca merenungkan nubuatan Yeremia (pasal 25:1-10) yang disampaikan pada tahun keempat Yoyakim, jadi kira-kira pada masa ketika Daniel dkk. ditawan ke Babilonia pada 605 SK.

Hal penting lain di sini ialah bahwa nubuat Yeremia itu diterimanya sebagai “firman TUHAN.” Meski kita tidak tahu apakah Daniel memiliki sebagian atau seluruh nubuatan Yeremia sama seperti yang kita kini miliki, yang jelas sikapnya ini adalah pengakuan akan sifat otoritatif kitab-kitab Suci. Dan bahwa semua gumulan, harapan, penantian akan pemulihan umat dan pewujudan keadilan Allah ia cari penjelasannya dalam firman Tuhan. Kini ia mencari jawaban sebagai semacam cek-recek dan konfirmasi dari firman Allah melalui nabi Tuhan lainnya. Dan ketika menemukan bahwa Yeremia bicara tentang 70 tahun masa penindasan Babilonia atas umat, ini menggerakkan dia ke dalam doa yang sangat serius diiringi dengan puasa, berisi pengakuan dosa, pertobatan, peneguhan akan keadilan Allah, serta permohonan agar pemulihan dari Tuhan Allah berdasarkan firman-firman nubuat dan janji-Nya boleh kini digenapi. Dan gumulan, renungan, dan doa Daniel tentang tujuh puluh tahun nubuat Yeremia itu membuat ia mendapatkan sifat penglihatan yang unik di pasal ini, yaitu penjelasan malaikat tentang maksud tujuh puluh tersebut.

Pelajaran untuk masa kini:
1) Kehidupan doa kita selalu terkait dengan dua hal: (i) penyataan dari Tuhan Allah dalam Alkitab, dan (ii) kenyataan hidup pribadi, keluarga, gereja, masyarakat masa kini. Bagaimana seharusnya dua hal ini membentuk praktik doa dan isi doa-doa kita.
2) Apabila salah satu dari dua hal itu menjadi lebih dominan, yang mana biasanya yang terjadi di kehidupan doa kita? Bagaimana supaya faktor satunya yang cenderung tenggelam boleh menjadi faktor penyeimbang bagi yang menonjol itu.
3) Apa kenyataan sikon pribadi, keluarga, gereja dan masyarakat masa kini di Indonesia yang perlu ditaruh di bawah terang penyataan Alkitab tentang hal-hal itu, dan yang patut memberdaya kehidupan doa kita masa kini?

4) Mengingat seluruh kitab Daniel ini dapat dipahami sebagai konflik antara dua visi atau perspektif atau tafsiran tentang realitas – antara realitas menurut perspektif dunia dan realitas menurut perspektif Allah — maka doa dapat dihayati sebagai tindakan iman, harap dan kasih untuk menerima, memasuki dan mengalami realitas menurut perspektif Allah.

Dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat | E-mail: simpulberkat@gmail.com |
Bank BCA – No. Rekening: 0953882377 – a.n. Philip H. S

Be the first to comment

Leave a Reply