Daniel 5:13-30

Lalu dibawalah Daniel menghadap raja. Bertanyalah raja kepada Daniel: “Engkaukah Daniel itu, salah seorang buangan yang telah diangkut oleh raja, ayahku, dari tanah Yehuda? Telah kudengar tentang engkau, bahwa engkau penuh dengan roh para dewa, dan bahwa padamu terdapat kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa. Kepadaku telah dibawa orang-orang bijaksana, para ahli jampi, supaya mereka membaca tulisan ini dan memberitahukan maknanya kepadaku, tetapi mereka tidak sanggup mengatakan makna perkataan itu. Tetapi telah kudengar tentang engkau, bahwa engkau dapat memberikan makna dan dapat menguraikan kekusutan. Oleh sebab itu, jika engkau dapat membaca tulisan itu dan dapat memberitahukan maknanya kepadaku, maka kepadamu akan dikenakan pakaian dari kain ungu dan pada lehermu akan dikalungkan rantai emas, dan dalam kerajaan ini engkau akan mempunyai kekuasaan sebagai orang ketiga.” Kemudian Daniel menjawab raja: “Tahanlah hadiah tuanku, berikanlah pemberian tuanku kepada orang lain! Namun demikian, aku akan membaca tulisan itu bagi raja dan memberitahukan maknanya kepada tuanku. Ya tuanku raja! Allah, Yang Mahatinggi, telah memberikan kekuasaan sebagai raja, kebesaran, kemuliaan dan keluhuran kepada Nebukadnezar, ayah tuanku. Dan oleh karena kebesaran yang telah diberikan-Nya kepadanya itu, maka takut dan gentarlah terhadap dia orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa; dibunuhnya siapa yang dikehendakinya dan dibiarkannya hidup siapa yang dikehendakinya, ditinggikannya siapa yang dikehendakinya dan direndahkannya siapa yang dikehendakinya. Tetapi ketika ia menjadi tinggi hati dan keras kepala, sehingga berlaku terlalu angkuh, maka ia dijatuhkan dari takhta kerajaannya dan kemuliaannya diambil dari padanya. Ia dihalau dari antara manusia dan hatinya menjadi sama seperti hati binatang, dan tempat tinggalnya ada di antara keledai hutan; kepadanya diberikan makanan rumput seperti kepada lembu, dan tubuhnya basah oleh embun dari langit, sampai ia mengakui, bahwa Allah, Yang Mahatinggi, berkuasa atas kerajaan manusia dan mengangkat siapa yang dikehendaki-Nya untuk kedudukan itu. Tetapi tuanku, Belsyazar, anaknya, tidak merendahkan diri, walaupun tuanku mengetahui semuanya ini. Tuanku meninggikan diri terhadap Yang Berkuasa di sorga: perkakas dari Bait-Nya dibawa orang kepada tuanku, lalu tuanku serta para pembesar tuanku, para isteri dan para gundik tuanku telah minum anggur dari perkakas itu; tuanku telah memuji-muji dewa-dewa dari perak dan emas, dari tembaga, besi, kayu dan batu, yang tidak dapat melihat atau mendengar atau mengetahui, dan tidak tuanku muliakan Allah, yang menggenggam nafas tuanku dan menentukan segala jalan tuanku. Sebab itu Ia menyuruh punggung tangan itu dan dituliskanlah tulisan ini. Maka inilah tulisan yang tertulis itu: Mene, mene, tekel ufarsin. Dan inilah makna perkataan itu: Mene: masa pemerintahan tuanku dihitung oleh Allah dan telah diakhiri; Tekel: tuanku ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan; Peres: kerajaan tuanku dipecah dan diberikan kepada orang Media dan Persia.” Lalu atas titah Belsyazar dikenakanlah kepada Daniel pakaian dari kain ungu dan pada lehernya dikalungkan rantai emas, dan dimaklumkanlah tentang dia, bahwa di dalam kerajaan ia akan mempunyai kekuasaan sebagai orang ketiga. Pada malam itu juga terbunuhlah Belsyazar, raja orang Kasdim itu.

Maka Daniel pun dihadapkan kepada Belsyazar. Belsyazar bukan saja tidak memiliki kenangan apa pun tentang Daniel, dari ucapannya bahkan jelas bahwa Belsyazar sangat menghina Daniel. Daniel tidak lebih dari “salah seorang buangan yang telah diangkut oleh raja, ayahku (tepatnya kakek), dari tanah Yehuda?” Sebenarnya ucapan itu bisa diartikan bersayap, sebab jika ia melupakan dan menghina Daniel, sama saja ia meremehkan bahkan menyalahkan keputusan kakeknya yang telah memberi kedudukan paling tinggi dan berpengaruh sebagai kepala para bijak Babilonia. Ucapan Belsyazar itu menunjukkan dangkalnya seorang pemimpin yang tidak mengenal sejarah dan yang mengabaikan semua pelajaran penting yang telah dilalui oleh kakeknya. Selanjutnya Belsyazar menyebut Daniel sebagai orang yang penuh roh para dewa, memiliki kecerahan, hikmat, akal budi luar biasa. Ia juga menceritakan bahwa semua orang berhikmat di Babilonia tidak ada yang dapat mengartikan tulisan itu. Kini ia memerintahkan dengan nada ragu – “jika engkau dapat…” maka akan dikaruniakan berbagai kehormatan, kekayaan dan kedudukan kepadanya.

Daniel seorang yang berintegritas teruji. Ia tidak tergiur untuk kembali menduduki posisi berkuasa dan terhormat dalam kerajaan itu. Maka dengan tegas ia menolak tawaran hadiah Belsyazar, bahkan mempersilakan dia memberikan itu kepada orang lain. Daniel kemudian membandingkan Belsyazar dengan Nebukadnezar. Daniel melihat bahwa Allah sendiri yang telah mengaruniakan kuasa dan keluasan pengaruh kerajaan kepada Nebukadnezar. Dan, Nebukadnezar menjadi sangat berkuasa dan kejam namun melalui berbagai perlakuan dari Allah atasnya, peringatan, teguran, hajaran, perendahan sampai dibuat hilang akal sehat dan berkelakuan seperti lembu, akhirnya ia merendahkan diri kepada Allah. Tetapi semua peristiwa di garis silsilahnya itu sendiri, tidak dicamkan oleh Belsyazar. Maka terjadilah penampakan tangan menulis di dinding itu.

Dengan tanpa segan atau enggan Daniel menegur kejahatan dan penghujatan yang Belsyazar: — memakai benda-benda kudus Bait Allah untuk pesta orgi, — melakukan pesta pelampiasan hawa nafsu, dan – mencampurkan benda-benda kudus dengan tata cara ibadah kepada dewa berhala yang mati. Langsung sesudah itu Daniel menjelaskan apa tulisan itu dan apa artinya. Mene mene tekel ufarsin. Ada beberapa versi terjemahan dan demikian juga beberapa versi tafsiran tentang tulisan ini. Pertama, “Mene, mene, tekel, and parsin” (ESV), “A Mina, a mina, a shekel, and half minas” (LITV), kedua dan ketiga “Mene, mene, tekel, upharsin” (WEB, mirip terjemahan LAI). Di antara para penafsir berpendapat: 1) dilihat sebagai kata kerja yang artinya adalah “dihitung, dihitung, ditimbang, dibagi,” 2) menunjuk kepada mata uang yang makin kemudian disebutnya makin turun nilainya. Ini menegaskan bahwa kerajaan Babilonia dari Nebukadnezar ke Nabonibus ke Belsyazar mengalami kemerosotan dan pelemahan,” dan 3) berhubung tulisan itu tanpa huruf hidup – mn’tqlprs – maka para dukun Babilonia tidak bisa membaca dan mengertinya. Arti menurut tafsir ketiga ini ialah “telah ditimbang, dan kedapatan terlalu ringan.” Demikian disampaikan Daniel seluruh pesan itu di ayat 25-28. Belsyazar menepati janjinya mengaruniakan jubah ungu, kalung emas, dan diumumkan menduduki posisi ketiga. Praktis penolakan Daniel tepat, sebab hanya semalam itu semua pemberian itu memang tidak bertahan sebab malam itu juga Babilonia diserbu dan Belsyazar dibunuh oleh pasukan Media-Persia.

Pelajaran untuk masa kini:

1) Baik atas raja yang mau belajar untuk akhirnya menyadari keberadaan dan keunggulan Allah Israel, maupun atas raja yang bebal yang tidak belajar dan yang dikuasai nafsu belaka, Tuhan Allah berdaulat dan pegang kendali atas semua peristiwa di tipe-tipe penguasa berbeda itu.

2) Hamba Tuhan yang berintegritas tidak diombang-ambingkan kesetiaan imannya baik oleh sikon berubah-ubah, perendahan yang diterima dari penguasa, pujian dan tawaran harta dan kekuasaan atau kenikmatan daging lainnya. Daniel tidak mengemas penyampaian pesan Tuhan sesuai keadaan berubah-ubah itu. Baik atau tidak baik, isi dan situasinya, ia tetap berpihak pada Tuhan dan kebenaran.

3) Mempelajari sejarah alkitabiah maupun sejarah dunia, ada raja dan penguasa yang diizinkan Tuhan berkiprah cukup lama dan berdampak, ada yang hanya singkat saja. Orang percaya tidak usah naik-turun iman dan pengharapannya hanya dengan melihat masa kekuasaan panjang atau pendek di antara penguasa yang jahat atau baik. Tuhan tahu harus bagaimana mengatur sejarah dunia supaya Kerajaan dan Kedaulatan-Nya boleh mewujud.

Dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat | E-mail: simpulberkat@gamil.com |
Bank BCA – No. Rekening: 0953882377 – a.n. Philip H. S

Be the first to comment

Leave a Reply