Daniel 11:5-6 dst. ke ayat 21

Maka raja negeri Selatan akan menjadi kuat; tetapi salah seorang dari panglima-panglimanya akan menjadi lebih kuat dari padanya dan orang ini memerintah, lalu kekuasaannya akan menjadi kekuasaan yang besar. Beberapa tahun kemudian keduanya akan bersekutu: puteri raja negeri Selatan akan datang kepada raja negeri Utara untuk mengadakan persetujuan. Tetapi puteri itu tidak berhasil, juga keturunannya tidak dapat bertahan: puteri itu akan diserahkan, demikian pula orang-orang yang mengantarnya, anak yang dilahirkannya dan orang yang mengawininya.

Kembali kita diherankan akan ketepatan visi-visi Daniel dengan yang benar-benar terjadi dalam sejarah. Untuk yang mengetahui sejarah pasti takjub bahwa Daniel memiliki penglihatan sedemikian tepat dan rinci. Ini didasari atas keyakinan bahwa Tuhan Allah mengetahui bahkan berdaulat atas sejarah – meski tidak menjadikan para tokoh dalam sejarah seakan boneka atau robot yang diprogram tanpa ada keterlibatan pilihan dan kehendak – dan Ia sendiri yang menyingkapkannya kepada Daniel. Untuk yang menganggap manusia tidak mungkin memiliki kemampuan melihat peristiwa-peristiwa jauh ke depan, meyakini bahwa penglihatan-penglihatan ini bukan pra terjadinya peristiwa tetapi pasca fakta-fakta sejarah yang telah terjadi. Sayangnya posisi ini bukan saja menerima keterbatasan manusia tetapi utamanya menolak kemahatahuan dan kedaulatan Tuhan Allah sendiri.

Di bagian ini kita melihat sejarah sesudah kerajaan Makedonia Alexander Agung pecah ke tangan empat jenderalnya. Sebagai berikut peristiwa-peristiwa tersebut: (Teks Daniel ditik reguler, penjelasan peristiwa sejarahnya ditik italic).

· Raja negeri Selatan akan menjadi kuat (ay. 5a): ini adalah jenderalnya Alexander yaitu Ptolemius I Soter (323 – 246 SK) yang pergi ke selatan: Mesir, bergabung dengan seorang jenderal lain Seleucus I Nicator (312 – 281 SK) untuk mengalahkan jenderal lain dari Alexander yaitu Antiokhus.

· Tetapi salah seorang dari panglima-panglimanya akan menjadi lebih kuat dari padanya dan orang ini memerintah, lalu kekuasaannya akan menjadi kekuasaan yang besar (ay. 5b): Seleucus mendirikan kerajaan sendiri dengan ibukota Antiokhia dan kekuasaannya lebih kuat dan menjangkau sampai ke Asia kecil dan India barat. Palestina dengan Yerusalem sebagai ibukotanya dijadikan bagian dari kerajaan Seleucid (Siria) tetapi Ptolemius merebutnya. Dinasti Seleucid selanjutnya tidak bisa menerima tindakan itu dan mulailah konflik-konflik berkepanjangan antara Seleucid – Siria, dan Ptolemius – Mesir.

· Beberapa tahun kemudian keduanya akan bersekutu: puteri raja negeri Selatan akan datang kepada raja negeri Utara untuk mengadakan persetujuan. Tetapi puteri itu tidak berhasil, juga keturunannya tidak dapat bertahan: puteri itu akan diserahkan, demikian pula orang-orang yang mengantarnya, anak yang dilahirkannya dan orang yang mengawininya (ay. 6): Bernike putri dari Ptolemius II Philadelphus dikawinkan dengan Antiokhus Theos yaitu cucu dari Seleucus dengan lebih dulu Antiokhus menceraikan istrinya yaitu Laodikea. Tetapi perkawinan antar dinasti itu tidak berhasil. Ketika Ptolemius II meninggal, Antiokhus kembali mengambil Laodikea, tetapi Laodikea membunuh dia, juga membunuh Bernike dan putra mereka. Maka Bernike gagal merebut kekuasaan Siria.

· Dan pada waktu itu akan tumbuh suatu tunas yang seakar dengan puteri itu menggantikan orang itu, dan orang ini akan bergerak maju melawan tentara raja negeri Utara dan memasuki kota bentengnya, dan ia akan bertindak terhadap mereka dan ia akan berkuasa (ay. 7): Saudara dari Bernike, Ptolemius III Euergetes (‘dermawan’) (246–221 SM) merebut takhta di Alexandria, membalas dendam dengan menyerang Seleucis Callinicus (247–226 SM) dan membunuh Laodikea sebagai pembalasan. Ia menang di seluruh kerajaan utara sampai menjangkau Persia dan Media.

· Bahkan dewa-dewa mereka dan patung-patung tuangan mereka dan barang-barang mereka yang berharga dari perak dan emas akan diangkutnya sebagai jarahan ke Mesir, lalu beberapa tahun lamanya ia akan berhenti berperang melawan raja negeri Utara (ay. 8): Ia (Ptolemius III) merebut pernak-pernik peralatan ibadah Mesir dari utara dan membawanya kembali ke Mesir.

· Kemudian raja ini akan memasuki kerajaan raja negeri Selatan, tetapi kemudian pulang ke negerinya sendiri. Kemudian anak-anaknya akan bersiap untuk berperang, dan akan mengerahkan sejumlah tentara yang besar, lalu salah seorang dari mereka itu akan bergerak maju melawan dia, menggenangi dan meliputi semuanya seperti air bah (ay. 9 – 10): Utara tidak tinggal diam dan berusaha membalas tetapi kurang berhasil dan hanya dapat merebut kembali beberapa bagian wilayah mereka terdahulu. Seleucis menyerang ulangan, tetapi kehilangan pasukannya karena badai, sampai dikalahkan secara memalukan dan mati sesudah jatuh dari kudanya.

· dan pada serbuan yang kedua kalinya ia akan sampai ke benteng musuhnya. Kemudian anak-anaknya akan bersiap untuk berperang, dan akan mengerahkan sejumlah tentara yang besar, lalu salah seorang dari mereka itu akan bergerak maju melawan dia, menggenangi dan meliputi semuanya seperti air bah; dan pada serbuan yang kedua kalinya ia akan sampai ke benteng musuhnya (ay. 11): Dua saudara di utara – Seleucus III Cerannus (226–223 SM), dibunuh oleh pasukan pemberontak dalam perang di Asia Kecil, dan sadaranya Antiokhus III ‘yang Agung’ (223–187 SM), yang naik kuasa usia 18 dan sepanjang hidupnya berperang untuk membalaskan perendahan ayahnya. Ia menyapu bagaikan air bah sampai ke baris berbenteng Mesir – mungkin Gaza.

· Maka menggeramlah raja negeri Selatan itu, lalu maju berperang melawan raja negeri Utara, yang telah mengerahkan sejumlah tentara besar, dan tentara besar itu akan jatuh ke tangan musuhnya (ay. 11): Tetapi raja selatan, Ptolemius IV Philopater pasukan 70,000 serdadu, 5,000 kavaleri dan 73 gajah melawan raja utara (Antiokhus III) pada perang yang disebut Perang Raphia (217 SK) dan beroleh kemenangan dengan telak dengan membunuh 10,000 prajurit dan memenjara 4,000 dan Antiokhus sendiri melarikan diri.

· Setelah tentara besar itu dihancurkannya, maka hatinya akan bermegah; walaupun ia telah menewaskan berlaksa-laksa orang, ia tidak akan mempunyai kekuatan. Lalu untuk kedua kalinya raja negeri Utara itu akan mengerahkan sejumlah tentara besar, lebih besar dari yang pertama, dan beberapa tahun kemudian, ia akan bergerak maju melawan dia dengan tentara yang besar dan dengan banyak perlengkapan perang (ay. 12 – 13): Tetapi kemenangan itu hanya singkat sebab raja utara menyerang balik dan mendesak ke selatan. Ptolemius V lengah dan lamban dalam kenikmatan, gagal menindak-lanjuti keberuntungannya. Antiokhus pulih dan pergi ke timur ke India dan Laut Caspian, meraih kekayaan dan kekuatan. Ketika Ptolemius dan ratunya meninggal secara misterius, Antiokhus menyerang Mesir kembali dan mengalahkan pasukan bersenjatanya (di bawah Jenderal Scopas) di Panias, dekat sumber Yordan, kemudian Kaesaria Filipi. Scopas lari ke Sidon.

· Pada waktu itu banyak orang akan bangkit melawan raja negeri Selatan; juga orang-orang yang lalim dari bangsamu akan membesarkan diri, sehingga penglihatan itu menjadi kenyataan, tetapi mereka akan tergelincir (ay. 14): Kemudian bangkitlah kegerakan di antara penduduk asli Mesir yang tidak menerima kekuasaan utara atas mereka. Juga yang lain kemudian membentuk aliansi baru dengan Antiokhus (yi. Philip dari Makedonia), termasuk beberapa orang Yahudi yang berpikir mereka membuat nubuatan tergenapi dengan melihat orang Mesir dikalahkan, dan mengharapkan kemerdekaan nasional terjadi sesudahnya. Banyak yang mati dalam perang ini.

· Maka raja negeri Utara itu akan datang, mendirikan kubu pengepungan dan merebut kota yang berbenteng; dan tentara negeri Selatan tidak akan dapat bertahan, juga pasukan-pasukan pilihannya sekalipun, ya, tidak ada kekuatan apapun yang dapat bertahan, sehingga raja yang menyerangnya akan berbuat sekehendak hati, dan tidak ada seorangpun yang dapat bertahan menghadapinya; ia akan menduduki Tanah Permai dan seluruhnya akan ada dalam kekuasaannya (ay. 15 – 16): _Kekuatan utara makin meningkat. Sidon dikepung dan direbut, kendati usaha gagal oleh tiga jenderal Mesir untuk membuyarkan pengepungan itu. Antiokhus III kemudian menduduki Palestina menjadikannya basis militernya.,

· Kemudian ia akan berusaha untuk menguasai seluruh kerajaan orang yang lain itu: ia akan mengadakan persetujuan dengan dia, dan seorang puterinya diberikannya kepadanya untuk menghancurkan kerajaan itu, tetapi maksudnya itu tidak akan berhasil dan tidak akan menguntungkannya (ay. 17): ,Sadar akan ancaman kekuatan Roma yang sedang berkembang, Antiokhus berusaha untuk bersatu dengan Mesir dengan memberikan putrinya yang muda dan cantik, Kleopatra sebagai istri untuk Ptolemius V Epiphanes (‘mulia’) (204–181 SM) yang masih berusia tujuh tahun. Pengharapannya bahwa perkawinan politik Kleopatra itu dapat membawa Mesir ke bawah kendalinya kandas ketika ia dengan suaminya melawan ayahnya. Kleopatra kemudian menjadi kekuatan besar di selatan, lalu sesudah matinya (182 SK), putranya Ptolemius VI Philometer delapan tahun kemudian menjadi raja Mesir._

· Lalu ia akan memalingkan mukanya ke tanah-tanah pesisir dan banyak yang direbutnya; tetapi seorang panglima akan menghentikan penghinaannya itu, bahkan akan mengembalikan penghinaan itu kepadanya. Sesudah itu ia akan memalingkan mukanya ke kota-kota benteng di negerinya sendiri; tetapi ia akan tergelincir dan jatuh dan tidak akan ditemukan lagi (ay. 18-19): Antiokhus bersikap sangat menghina kuasa Romawi yang bertumbuh – “Asia tidak peduli mereka [Romawi] dan aku tidak tunduk kepada perintah mereka.” Ia menolak duta besar mereka, memutuskan untuk menaklukkan Yunani sendiri dan ia kalah secara memalukan oleh konsul Romawi Lucius Scipio Asiaticus di Thermopylae pada 191 SM dan di Magnesia di Sungai Maeander River pada 189 SM. Keadaan damai yang sukar dengan Roma mengirim Antiokhus pulang dalam keadaan kalah dan ia dibunuh sementara berusaha menjarah kuil di Elim. Ia membuka Asia untuk Roma.

· Menggantikan dia akan muncul seorang yang menyuruh seorang pemungut pajak menjalani bagian yang terindah dari kerajaan itu, tetapi beberapa hari kemudian ia akan dibinasakan, bukan oleh kemarahan atau oleh peperangan (ay. 20): Seleucis IV Philater (‘mengasihi ayah’) (187– 175 SM) hanya menginginkan damai dan ketenangan tetapi harus meningkatkan pajak berat untuk membayar upeti kepada Roma. Menteri keuangannya, Heliodorus, datang mengambil harta karun dari Bait di Yerusalem, dicegah oleh penampakan supernatural dan pulang untuk meracuni raja. Demikian berakhirlah riwayat Seleucus IV, yaitu sekitar dibebaskannya adiknya yaitu Antiokhus IV dari tawanan Roma.

Sampai di sini kita melihat konflik demi konflik, jatuh-bangun para raja dan kerajaan utara vs selatan.

Pelajaran untuk masa kini:

1) Paparan naik-jatuhnya para pemimpin dan para kerajaan sepanjang sejarah terjadi dengan melibatkan kekerasan, pembunuhan, perkawinan dinasti, penipuan, dan banyak lagi kiat busuk lainnya. Apakah ini membuat kita menjadi pesimis dan apatis untuk terlibat dalam kancah sosial-politik-budaya? Atau harus bagaimana sikap dan tindakan kita sebagai orang yang taat kepada Tuhan Allah dan merindukan Kerajaan-Nya terwujud dalam dunia ini?

2) Melalui paparan penglihatan ini bagaimana seharusnya kita menghayati arti sifat-sifat Allah seperti kemahatahuan, kedaulatan, pengendalian-Nya dan keputusan, pilihan dan perilaku manusia?

3) Pengharapan dan penguatan apa yang Tuhan Allah berikan kepada kita orang percaya dalam kita mengalami berbagai kejadian dalam tatanan alami dan tatanan manusiawi (ekonomi, politik, kebudayaan, dlsb.)?

Dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat | E-mail: simpulberkat@gmail.com |
Bank BCA – No. Rekening: 0953882377 – a.n. Philip H. S

Be the first to comment

Leave a Reply