Bahasa dan Struktur: (Serial Daniel)

1. Hampir seluruh Perjanjian Lama kecuali sebagian Ezra ditulis dalam bahasa Ibrani. Pada zaman Daniel, bahasa internasionalnya (diplomasi, finansial, politik) adalah Aram. Kitab Daniel sebagian ditulis dalam bahasa Ibrani, tetapi mulai 2:4 yaitu perkataan orang bijak kepada Nebukadnezar, ditulis dalam bahasa Aram. Dan ini terus berlanjut sampai akhir pasal 7. Lalu mulai pasal 8 sampai akhir Kitab Daniel di pasal 12, kembali memakai bahasa Ibrani. Ada banyak pendapat dan tafsir tentang perubahan bahasa ini, yang penting untuk kita ialah bahwa perubahan bahasa Daniel tidak mengubah sifat apokaliptiknya dan maksudnya untuk menegaskan kemenangan Tuhan Allah.

2. Pasal 2 sampai dengan pasal 7 Daniel berstruktur. Khiasmus dari kata XI (baca: khi) – Yunani, struktur seperti huruf X dimana bagian pertama (A) berulang di bagian pertama dari akhir (A1), bagian kedua (B) berulang di bagian kedua dari akhir (B1), dan di tengah C dan C1 dengan tema yang sama sebagai bagian pusatnya. Maka strukturnya adalah:

A: psl 2
B: psl 3
C: psl 4
C1: psl 5
B1: psl 6
A1: psl 7

3. Pasal 1 selain berfungsi sebagai introduksi kepada seluruh kitab Daniel, juga dari segi bahasa yaitu Ibrani menyatu dengan pasal 8—12. Pasal 1 menegaskan bahwa segala yang dialami oleh Daniel / Beltsazar dan Hananya / Sadrakh, Misael / Mesakh, Azarya / Abednego – hikmat, penyertaan, perlindungan, dan juga berbagai penglihatan di pasal 8—12 bukan datang dari pendidikan Babilonia untuk para Kasdim melainkan anugerah dari Tuhan Allah yang hidup dan berdaulat.

Latar Sejarah Kitab Daniel:

1. Kita perlu mengetahui baik konteks sejarah di balik kitab ini – ini tidak begitu kontroversial, dan konteks khusus pembaca pertamanya – ini lebih kontroversial namun tidak begitu penting untuk kita masa kini. Kedua hal ini penting kita ketahui agar kita tidak terjebak pada menafsirkan dengan kaca mata spekulatif dengan interes kontemporer semata.

2. Latar belakang jauh Kitab Daniel: Kita melihat semacam pola yang berulang: – Perintah Tuhan, – manusia gagal menaati Tuhan, – Tuhan menjatuhkan hukuman dengan mengusir / membuang ybs. sekaligus Tuhan menyelamatkan. Ini terlihat dalam kisah Adam dan Hawa: – diberi perintah dan kepercayaan, – tidak menaati perintah Tuhan, – diusir dari Eden sambil diberi janji keselamatan. Pola mirip ini terulang dalam kisah Nuh, menara Babel dengan penyelamatan terjadi pada kisah pemanggilan Abraham, Keluarga Yakub yang berpuncak dengan kisah Keluaran, Kitab Hakim-hakim, Periode Kerajaan yang karena dosa terpecah dua, dan seterusnya menjelang Kitab Daniel adalah kisah pembuangan Kerajaan Utara (Israel) yang ditaklukkan oleh Asyur lalu menyusul pembuangan Kerajaan Selatan (Yehuda) yang dibuang ke Babilonia.

Dukung pelayanan literasi Yayasan Simpul Berkat | E-mail: simpulberkat@gamil.com |
Bank BCA – No. Rekening: 0953882377 – a.n. Philip H. S

Be the first to comment

Leave a Reply