Keesokan harinya duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang. Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia: “Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?” Kata Musa kepada mertuanya itu: “Sebab bangsa ini datang kepadaku untuk menanyakan petunjuk Allah. Apabila ada perkara di antara mereka, maka mereka datang kepadaku dan aku mengadili antara yang seorang dan yang lain; lagipula aku memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Allah.” Tetapi mertua Musa menjawabnya: “Tidak baik seperti yang kaulakukan itu. Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja. Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah. Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan. — Keluaran 18:13-20
Di awal kepemimpinan Musa belum diberlakukan pembagian tugas dan tanggungjawab, belum dilakukan pendelegasian, belum dibentuk tim-tim oendukung kepemimpinan dan pelayanan. Tidak heran bila Yitro melihat antrean Panjang umat dari pagi sampai petang berdiri di hadapan Musa membawa pertanyaan, persoalan hidup, konflik antar pribadi, kebingungan masalah ajaran, perilaku, ibadah, dlsb. Dan melihat itu Yitro menanyai Musa untuk menyadarkan Musa bahwa ia tidak bisa terus memimpin dengan cara seperti itu.
“Apakah yang kau lakukan ini?” Ini pasti bukan pertanyaan dikarenakan Yitro tidak tahu, sebab ia melihat dan tentu sempat menyaksikan apa yang terjadi. Ini pertanyaan untuk membimbing Musa melakukan introspeksi diri, Pertanyaan ini langsung disusul dengan pertanyaan berikut, “Mengapa engkau melakukan itu seorang diri?” Dengan kata lain, dimana para penatua Israel lainnya? Apa kerja mereka? Apakah tidak ada orang lain di antara orang sebanyak itu yang sanggup berbagi beban tugas dan tanggungjawab yang kau lakukan ini?
Jawaban Musa bahwa ia mendengarkan, mempertimbangkan, memberikan jawaban bagi orang yang mencari petunjuk Allah, orang yang saling berperkara; oleh Yitro dikomentari dengan tegas bahwa itu “tidak baik.” Maksudnya bukan mendengar, memperimtangkan, mengajar, menggembalakan umat itu dengan petunjuk Allah tidak baik. Melainkan, Musa melakukan itu sendirian adalah cara memimpin yang tidak baik.
Mengapa tidak baik? Sebab Musa akan kelelahan, akan kewalahan, akan mengalami hal yang secara harfiah dapat disebut sebagai kehabisan tenaga, mengalami pemudaran. Dengan kata lain, Yitro menyadarkan Musa bahwa tenaga, ketahanan, kesanggupan menampung masalah dan membimbing orang dalam diri Musa ada batasnya dan itu akan memengaruhi mutu kebijaksanaan dan nasihat yang dapat ia berikan kepada mereka. Lagi pula mereka yang datang mengantre dari pagi sampai petang itu pun akan kelelahan dan sangat mungkin akan berkurang pula kesanggupan untuk memaparkan pertanyaan atau masalah yang dihadapi secara benar dan tepat.
Maka, bagian paling penting dari nasihat Yitro ini membimging Musa untuk berfokus pada mendoakan umat dengan berbagai masalah mereka di hadapan Allah, lalu mengajarkan mereka ketetapan-ketetapan Allah. Dengan kata lain fokus Musa sebagai pemimpin harus pada mendoakan dan mempelajari kehendak Allah serta mengajarkan kehendak Allah kepada umat. (Bandingkan dengan yang dibuat para rasul di Kisah Rasul.)
Perintis pekerjaan Tuhan, pemimpin yang mulai dari nol dan berhasil menumbuh-kembangkan pekerjaan tertentu, pasti seorang yang berkarisma, berotoritas besar, panutan terpercaya dan cenderung melakukan “one man / woman show.” Gaya kepemimpinan seorang diri penuh otoritas dan karisma ini pada intinya mengandung berbagai kelemahan dan bahaya. Kelemahan yang sudah dipaparkan Yitro adalah tidak menyadari keterbatasan diri sendiri — baik keterbatasan karisma, tenaga, hikmat dan lebih lagi usia. Bahayanya terhubung dengan keterbatasan ini. Karisma dalam diri orang lain bisa tergendala dan tidak berkembang karena tidak diberikan kesempatan dan menerima pendelegasian tugas dan tanggungjawab serta otoritas. Karisma pada pemimpin generasi awal belum tentu akan dihayati sebagai hal yang perlu dan relevan dalam generasi lain. Tenaga dan hikmat pemimpin sehebat apa pun ada batasnya sehingga yang terjadi adalah seperti kendaraan yang dipaksa berjalan terus sambal tanki bahan bakar sudah mendekati kosong. Maka pelayanan yang diberikan bisa jadi keluar dari kekuatan daging yang dipompa dan dipaksakan. Dan bahaya berikutnya adalah ketika kekuatan makin surut dan ajal mulai menjelang, pekerjaan Tuhan yang dibangun dari nol dengan susah payah itu jangan-jangan akan mandeg atau buyar total karena belum tersiapkan tim kepemimpinan yang andal.
Jalan keluar Yitro untuk Musa adalah folus dan konsentrasi saja pada penggembalaan dan pengajaran. Jenis-jenis tugas lainnya cari orang yang kepadanya dapat dipercayakan berbagai tugas lain itu. Pemimpin harus tahu berfokus pada hal yang primer, yang utama dan siap berbagi tugas dan tanggungjawab sekunder pada rekan pemimpin lain. Ini yang serasi dengan ajaran Perjanjian Baru bahwa Allah memberikan berbagai karunia berbeda-beda, bahwa tugas pemimpin adalah memperlengkapi bukan mengerjakan semua-mua, bahwa pemimpin harus melatih dan mendelegasi kepada para pemimpin baru, muda calon pengganti.

Mari memberkati sesama melalui pelayanan literasi Yay. Simpul Berkat. Kirim dukungan/persembahan kasih Anda ke: BCA 0953882377

Be the first to comment

Leave a Reply